Dalam acara Online Summer Lecture Series 2023 yang diadakan oleh Tim Center for Public Mental Health, seorang pakar terkemuka dalam bidang kesehatan mental, Professor Hans Pols dari University of Sydney, memberikan wawasan yang berharga mengenai peran media sosial dalam pembentukan identitas diri dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Dalam diskusi ini, Profesor Pols mengangkat beberapa aspek penting yang relevan dengan fenomena yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, media sosial telah menjadi platform utama bagi masyarakat untuk berinteraksi, berbagi, dan membangun identitas diri. Profesor Pols memaparkan betapa pentingnya merenungkan bagaimana kita ingin dilihat oleh dunia.
Dalam konteks ini, media sosial memiliki peran yang signifikan dalam membentuk citra diri yang kita tampilkan kepada masyarakat luas. Identitas personalitas dan karakter seseorang dapat terbentuk seiring dengan berbagai interaksi yang kita lakukan di media sosial. Selain interaksi dengan keluarga dan teman, media sosial menjadi sarana untuk mempresentasikan diri kita melalui berbagai konten yang kita bagikan, termasuk foto, video, dan pemikiran-pemikiran kita.
Profesor Pols juga mengeksplorasi peran "dunia imajinasi" dalam konteks media sosial. Ia mengingatkan bahwa media sosial dapat menjadi sumber utama inspirasi dan aspirasi bagi individu. Sejak dahulu kala, novel dan film telah membawa kita ke dalam dunia imajinatif yang penuh dengan ide dan pandangan alternatif tentang kehidupan. Namun, dalam era digital ini, media sosial memberikan akses yang lebih cepat dan luas terhadap berbagai tampilan dan pandangan yang dapat membentuk persepsi kita tentang dunia.
Sementara media sosial memiliki potensi untuk menghubungkan orang-orang dari berbagai belahan dunia, dampaknya terhadap kesehatan mental tidak dapat diabaikan begitu saja. Profesor Pols menggarisbawahi pentingnya memahami dampak positif dan negatif media sosial.
Keterhubungan global yang diciptakan oleh media sosial dapat meningkatkan kesejahteraan mental, terutama bagi kelompok-kelompok yang sering mengalami isolasi. Namun, sisi gelapnya adalah perasaan perlu "tampil" di depan publik dan tekanan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Konten yang diposting di media sosial dapat membentuk pandangan idealistik tentang kehidupan, yang kadang-kadang lebih menekankan citra sempurna dan termanipulasi.
Profesor Pols memberikan pandangan mengenai cara memanfaatkan media sosial untuk mendukung kesehatan mental. Ia menyoroti pentingnya menyediakan informasi yang akurat tentang kesehatan mental bagi masyarakat melalui platform ini. Selain itu, dengan berbagi kisah-kisah pemulihan, media sosial dapat berperan dalam mengurangi stigma terhadap masalah kesehatan mental. Hal ini dapat membentuk komunitas yang saling mendukung dan terhubung secara emosional.
Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi, media sosial memiliki peran yang kompleks dalam membentuk identitas diri dan kesehatan mental individu. Interaksi yang kita lakukan di platform ini dapat membentuk pandangan kita tentang diri sendiri dan dunia. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih dalam tentang pengaruh media sosial dan cara mengelolanya dengan bijak sangatlah penting. Dengan membangun media sosial yang mendukung kesehatan mental, kita dapat menciptakan lingkungan online yang positif dan memberdayakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H