Lihat ke Halaman Asli

Nana Sutisna

sang Pemandang

Pameran Senjata di Jalur Gaza

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Lord of War”: Kisah Tragis di Jalur Gaza Nana Sutisna

Ketika saya menulis ini sudah 9 hari pasukan Israel menggempur wilayah palestina di jalur gaza. Dan sedang mempersiapkan angkatan tempurnya untuk memasuki Jalur Gaza melalui darat, perang terbuka sudah akan di mulai. Perang dengan mempertontonkan kekuatan senjata sudah siap!!!

Seluruah dunia mengecam kebrutalan Israel yang membombardir Palestina, termasuk saya, karena yang menjadi sasaran tembak sebagian besar adalah rakyat sipil dan anak-anak yang menjadi korban. Ketika semua negara didunia memainkan perannya di PBB untuk mendesak israel menghentikan serangannya dan melakukan gencatan senjata, tetapi Amerika Serikat dengan hak Vetonya mementahkan semua usulan tentang gencatan senjata. entah apa yang ada di dalam benak para pengambil kebijakan di negara paman sam sehingga mementahkan usulan negara-negara didunia ini.

Ketika membaca Kompas (4/1/2009) ada sebuah potongan puzzle yang saya temukan mengapa Amerika bersikap begitu double standart. Puzzle itu adalah sebuah statemen dari Presiden negara adidaya tersebut, yakni “membicarakan gencatan senjata dengan HAMAS adalah sesuatu yang sia-sia, yang utama adalah bagaimana mengawasi peredaran senjata sehingga bisa sampai kepada teroris” kira-kira inti statement Bush seperti itu. Ini menjadi aneh buat saya kenapa Bush dalam setiap kejadian “perang” yang selalu dibicarakan adalah senjata. Tentu kita masih ingat dengan Irak, Korea Utara, dan sekarang mulai melirik Iran, negara yang disinyalir oleh Amerika memiliki senjata yang maha dahsyat.Tiba-tiba pikiran saya menerawang pada sosok Nicolas Cage...?

Lord of War: bukan Nicholas Cage tapi Viktor Bout

Pikiran yang genius ini ternyata mampir di sebuah film produksi Hollywood, lord of War, sebuah film yang mengkisahkan seorang Nicholas Cage pria yang sangat dicari oleh kalangan milisi ataupun militer, bagaikan dewa yang memberikan keberuntungan disetiap kelompok yang beradu senjata. Lord of war, menjadi sebuah catatan kelam dalam tragedi ketamakan manusia.

Ketika pertama kali menyaksikan Film tersebut, bertanya-tanya juga dalam hati kira-kira kisah ini nyata atau khayalan belaka. Dalam hasrat terdalam bahwa ini adalah sebuah kenyataan, seseoarang yang memang meiliki jiwa usaha, memiliki kedekatan dengan kekuasaan, mampu mendekati semua komponen, dan yang pasti memiliki ide untuk melancarkan rasa tamak manusia.

Kejatuhan sebuah rezim, tumbangnya ideologi, aneksasi sebuah negeri, dan yang utama adalah keserakahan manusia, seakan-akan menjadi sebuah indikator keberhasilan, tapi sebenarnya adalah pameran senjata yang pemiliknya tidak peduli. Ketika senjata sudah digunakan, lord of war, hanya duduk dan menikmati di depan televisi tanpa peduli sebrapa banyak darah yang tumpah, yang pasti perputaran uang jalan dan produksi senjata tetap stabil serta adidaya semakin kuat. Seorang lord of war ternyata dilindungi oleh yang paling merasa kuat di muka bumi ini.

Kompas (28/12/2008) membuktikan sebuah kenyataan yang ada di film lord of war, dan begitu juga dengan keyakinan saya bahwa Lord of war ini memang ada. Cerita ini dimulai ketika dinas rahasia amerika yang menyamar sebagai revolusioner kolombia (revolutionary armed forces of colombia/FARC) menangkap Viktor Anatolyevich Bout pada maret 2008 di Bangkok, Thailand. Kisah ini mencuatkan sebuah jaringan perdagangan senjata gelap yang tidak saja melibatkan kelompok-kelompom teroris tapi juga pemerintahan resmi sebuah negara.

Sejarawan Inggris, Mark Galeotti, mengungkapkan bahwa “Viktor Bout merupakan simbol dunia modern dan sebuah produk pasca perang dingin”. Untuk dapat bekerjasama dengan semua pihak, Bout melepaskan diri dari semua atribut politik resmi. Dia bisa mengirim senjata kepada siapa saja, mulai dari pemberontak, bisnis resmi, kelompok penyalur bantuan, hingga pemerintahan termasuk Amerika Serikat. Bout Memiliki armada penerbangan, memiliki kontrak kerja dengan KBR (Perusahaan AS, dan wakil presiden Amerika Serikat adalah salah satu mantan Eksekutif) dan Federal Express, untuk pengiriman senjata dan personel ke Irak bertahun-tahun setelah invasi AS ke Irak tahun 2003. “Ini membuat Viktor Bout sulit ditangkap”, Kata Mark Galeotti. (KOMPAS 28/12/2008).

Seperti halnya Yuri Orlov (Nicolas Cage) dalam lord of War, Viktor Bout sangat licin dan sakti sulit ditangkap walaupun ada surat penangkapan dia tetap hidup bahagia, seperti yang ungkapkan Alex Yearsley dari global witness yang bebasis di London;”Bout tampaknya dilindungi pemerintah Rusia, dia tampak dilindungi pejabat Rusia, hidup bahagia di Rusia walaupun ada surat penangkapan dari Interpol dan Belgia. Dia di Pakai Vladimir Putin untuk mengacau kelompok Liberal Barat dan membuat sejumlah Jenderal di Rusia kaya”.

Sebelum di tangkap, Pemerintah Amerika serikat sudah mulai mengendus bahwa Bout ini semakin licin dan tak terkendali, seperti yang dituliskan harian Inggris Gurdian, menyebutkan bahwa Bout telah memasok senjata ke Hezbollah di Lebanon untk berperang melawan Israel, senjata Rusia yang dikirim Bout ke Hezbollah memberi banyak kerusakan pada Israel selama konflik Israel-Hezbollah tahun 2006, keinginan Bout untuk bekerjasama dengan Pengadilan Islam Somalia (yang dianggap sebagai AL-Qaeda oleh Amerika Serikat). “Saya kira Bout ditangkap karena beberapa alasan. Dia tidak lagi berguna bagi Amerika Serikat karena bekerjasama dengan kelompok-kelompok yang menjadi musuh Amerika Serikat,”kata Alex Yearsley.

Menurut para pakar kehebatan Bout ini terletak pada kekmampuannya yang membuatnya lebih menarik daripada panglima perang atau penyelundup. Bout memberikan ketenangan kepada rezim yang rapuh dan kelompok-kelompok pemberontak, Bout bisa jadi siluman tidak saja karena minimnya keinginan politik, tetapi karena kekacauan politik di dunia nyata.

Bisnis Konflik: “Pameran Senjata”

Tidak peduli dengan sebarapa banyak darah yang tumpah, tidak peduli dengan siapa yang menjadi korban, perang sebagai sebuah ajang “pameran senjata” adalah sarana awal untuk menguji serta mempraktekan temuan-temuan terbaru.

Ketika ‘pameran senjata” sedang terjadi di jalur gaza, sepertinya kita sudah bisa menebak siapakah yang sedang melakukan bisnis konflik ini, bom curah, rudal jarak jauh, kendaraan lapis baja, sistem deteksi senjata, pakaian anti peluru, sedang dipraktekan dan dipertonton ke muka dunia.

Dan pada akhirnya, apapun analisis kita, darimanapun kita memandang faktanya adalah ratusan nyawa melayang, generasi-genarasi penerus menjadi korban, serta semakian mengaburkan istilah kemanusiaan. Apapun alasannya Perang harus dihentikan...!!!

Seperti dalam lagu SLANK:

“Andai aku jadi presiden

Aku akan mengubah pabrik senjata

Menjadi pabrik tahu

Agar dunia Aman tidak ada Perang”. (tulisan ini saya buat di bulan Januari 2009-ketika Gaza di gempur lagi oleh Israel)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline