Kanker merupakan penyakit yang dikategorikan sebagai non-communicable disease atau penyakit tidak menular dengan angka kematian yang sangat tinggi dimana 70% kematian akibat penyakit diakibatkan oleh jenis penyakit ini. Kanker secara definisi merupakan kejadian mutasi genetik pada tubuh manusia yang berkembang dengan sangat agresif sehingga mengganggu keseimbangan tubuh. Salah satu jenis kanker yaitu Kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian yang tertinggi kedua di dunia, hampir 2,3 juta orang pada 2022 mengidap kanker payudara dengan lebih dari 600 ribu mengalami kematian di seluruh dunia. Di Indonesia tercatat 400 ribu pasien kanker payudara dengan lebih dari 240 ribu meninggal pada 2022, hal tersebut menunjukkan bahwa 20% pasien kanker payudara berasal dari Indonesia dan juga lebih dari 50% pasien kanker payudara meninggal setelah terdiagnosis penyakit tersebut.
Pengobatan saat ini yang berupa kemoterapi untuk kanker payudara memiliki efek samping serta toksisitas yang menurunkan kualitas hidup pasien. Penurunan kualitas hidup berupa rambut rontok, depresi, kehilangan berat badan dan juga dapat merusak hati menyebabkan banyak pasien kanker enggan untuk melakukan kemoterapi. Oleh karena itu, mahasiswa UNS Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2024 menginovasikan alternatif pengobatan kanker payudara berbahan herbal yang rendah efek samping serta toksisitas. Tim yang beranggotakan Setyanto Arief Wiedagdo (S1 Kimia), Anjelika Putri Febriyanti (S1 Kimia), Valentina Kusumaningrum (S1 Kimia), Fasha Putri Arkhani (S1 Kedokteran), dan Rizky Eka Putera (S1 kedokteran) dari Universitas Sebelas Maret (UNS) di bawah bimbingan Dr.rer.nat. Maulidan Firdaus, S.Si., M.Sc. berinovasi membuat obat antikanker rendah efek samping dan toksisitas yang berasal dari herbal khas Indonesia untuk meningkatkan budidaya herbal di Indonesia dan mencapai indonesia sehat.
Baru-baru ini ketepeng dipelajari sebagai kandidat sediaan obat yang dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan kanker payudara. Pada penelitian tersebut ketepeng terbukti memiliki kandungan flavonoid aktif yang bersifat antioksidan dan antiinflamasi untuk membantu melawan sel kanker. Ketepeng dipilih karena merupakan salah satu tanaman hias yang banyak di budidayakan karena bunganya yang cantik yang ternyata memiliki manfaat lain lewat daunnya. Daun ketepeng di ambil ekstraknya lalu di optimasi untuk mendapatkan hasil flavonoid tertinggi. Hasil flavonoid tertinggi didapatkan melalui pengecekan Response Surface Methodology (RSM) pada variabel-variabel etanol dan suhu serta konsentrasi yang berbeda. Hasil dengan flavonoid tertinggi lalu di cek jenis flavonoid yang terkandung dalam ekstrak dengan metode Kromatografi cair--spektrometri massa. Hasil tersebut akan di cek kecocokan dan kekuatan antioksidan dan antitinflamasi melalui metode docking dan in silico dari segi alergenitas dan toksisitas.
Hasil ekstrak yang telah didapatkan dari daun ketepeng masih belum dapat digunakan secara langsung dikarenakan bioavaibilitasnya yang masih rendah serta bentuk sediaan yang masih hidrofilik. Sel dalam tubuh memiliki suatu lapisan terluar yang bersifat hidrofobik yang berguna untuk mencegah sel hancur. Oleh karena itu, kami menginovasikan penggunaan chitosan yang dikombinasikan dengan nanoliposom sebagai pembawa ekstrak tersebut. Chitosan merupakan suatu zat mirip gula yang berasal dari cangkang hewan anthropoda yang saat ini masih kurang dimanfaatkan. Sebagai contoh limbah tambak udang memiliki chitosan yang dapat berguna untuk kebutuhan medis dikarenakan chitosan memiliki bioavaibilitas yang tinggi di tubuh manusia dengan komposisinya yang mirip gula. Selain itu kombinasi dengan nanoliposom dapat membantu ekstrak tidak larut dalam plasma dikarenakan bentuknya yang hidrofobik. Dan penggunaan folic acid yang digunakan sebagai receptor mampu menghantarkan ekstrak ke sel kanker secara spesifik.
"Bunga ketepeng sangatlah indah untuk di budidayakan, namun ketepeng memiliki potensi lain untuk dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Daun ketepeng yang kurang diperhatikan dalam kegunaaannya ternyata memiliki kandungan flavonoid aktif yang tinggi. Flavonoid merupakan zat yang dapat digunakan untuk membantu mengobati kanker dan merupakan alternatif yang dapat dipilih daripada pengobatan kanker saat ini dengan kemoterapi masih kurang diminati karena tingginya efek samping serta toksisitas yang menurunkan kualitas hidup pasien. Saya dan tim mempunyai ide untuk mengekstraksi flavonoid pada ketepeng dan dikombinasikan dengan chitosan-nanoliposom dan folic acid sebagai pembawa untuk menjadi produk pengobatan antikanker dengan efek samping dan toksisitas yang rendah." jelas Setyanto Arief.
Hasil dari penelitian ini nantinya akan didaftarkan hak paten sederhana. Selain itu juga, akan diseminasikan dalam konferensi internasional mendatang. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif baru dalam penyembuhan kanker payudara dengan efek samping dan toksisitas yang minimal dan meningkatkan nilai budidaya tumbuhan ketepeng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H