Lihat ke Halaman Asli

Lengket Tapi Nikmat (Ambuyat Makanan Selamat Datang)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

google

Jam setengah tiga sore adalah waktu yang paling tepat untuk menikmati hidangan ini, seperti yang telah disepakati saya dan Kang Tedi segera meluncur kesebuah restaurant yang menyediakan hidangan ambuyat. Ambuyat terbuat dari tepung sagu,yang diaduk dengan air panas sampai mengental dan kenyal seperti lem, aci dari pohon rumbai atau sagu  ini, tidak hanya untuk makanan pokok orang Maluku dan Irian Jaya saja tetapi juga menjadi makanan tradisional Brunei, bahkan menjadi makanan yang exclusive, "Welcome to Brunei" (makanan selamat datang ke Brunei) Ambuyat biasanya disantap pada waktu makan tengahari (makan siang) atau hari Jum'at sore (hari Jum'at adalah hari libur bagi Negara Brunei, biasanya dijadikan moment untuk pertemuan keluarga, dan ambuyat adalah salah satu hidangan yang istimewa) ,atau waktu-waktu tertentu. Karena bentuknya seperti lem yang lengket, cara memakannya kita harus menggunakan sumpit khusus, terbuat dari bambu yang dibelah tapi tidak terpisah yang berfungsi sebagai penjepit, kemudian dicocol kedalam cacah. Cacah ini berfungsi sebagai lauk seperti kita makan nasi, ada cacah sambal binjai yaitu terbuat dari buah bambangan sejenis mangga yang masak, cacah sambal tempoyak terbuat dari buah durian, cacah sambal cincalok dari ebi halus yang lembut, dilengkapi dengan ikan bakar atau ikan goreng, sayur kangkung atau sayur pakis dan lauk yang lain seperti daging belutak yaitu urat daging yang dicincang dimasak bersama sambal belacan (terasi). Walaupun menjadi makanan tradisional brunei, ternyata bukan hanya restaurant milik pribumi saja yang menyediakan ambuyat, ada juga restaurant milik warga negara asing seperti Malaysia, India atau bahkan restaurant milik orang indonesia yang menyediakan ambuyat, bahkan rasa lebih "nendang" dibanding resep aslinya. Tidak semua orang bisa makan dan menikmati ambuyat, karena sebagian orang akan merasa geli ditenggorokan ketika menelan ambuyat, seperti yang dirasakan Kang Tedi yang menelan sambil merem melek menahan geli, hehehehe..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline