Lihat ke Halaman Asli

Indahnya Mencintai

Diperbarui: 7 November 2020   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Hujan semalam menyisakan bintik-bintik air yang menempel di kelopak bunga mawar merah gelap, membuatnya ingin segera melukisnya. Hm....bau tanah basah disertai sinar mentari pagi  tiba-tiba menyentuh wajahnya. Angin pagi pun tak kalah gesit datang untuk turut memanjakannya pula dengan hembusan yang hilang timbul. Sesekali ia datang menggoyangkan ranting-ranting dan dedaunan, merontokkan daun-daun kering dan beberapa helai kelopak mawar yang juga telah gering.

Kupu-kupu dan capung serta kumbang pun melintas-lintas di taman kecilnya pagi itu. Mentari masih belum menebar panasnya, kendati sinarnya sudah memancar ke segala arah, mulai mengeringkan sisa embun semalam yang menempel di rerumputan. Walaupun demikian, ia belum beranjak dari kursi kecil di taman itu.

"Kamu selalu menikmati kesendirian. Tidak inginkah Kamu tersentuh cinta?" tanya ibunya mendekatinya sambil meletakkan sepiring kecil ketan putih hangat yang di atasnya ditaburi kukuran kelapa muda dan kedelai tumbuk diberi bumbu pedas.

"Ingin, tapi tidak mudah,"jawabnya sambil mengusap keringat di dahinya, bekas lari pagi yang dilakukannya sebelum duduk di taman mungilnya. Taman  yang bersebelahan dengan carportnya.

"Bagiku, lebih baik dicintai. Tidak ribet. Ayahmu selamanya mencintai aku kan? Ia yang berjuang mengejarku. Lelaki itu jika cinta, ke ujung dunia pun diburu," kata ibunya sambil menyeruput teh hangat dari cangkir yang diletakkan di sebelah nampan berisi ketan.

"Tapi bisa mencintai juga menghadirkan sensasi tak kalah indah, Bu,"sanggahnya sambil ikut menyeruput teh dari cangkir di sebelah cangkir ibunya yang telah kosong.

"Mencintai itu,"ia berhenti sesaat. Matanya menatap seekor kupu-kupu bersayap biru yang mendekati setangkai mawar kuning. Angin kembali berhembus lalu menghilang, membuat keduanya tampak berayun-ayun sesaat diterpa hembusannya.

"Mencintai itu memacu semangat hidup. Kata psikolog, ketika kita mencintai secara ikhlas semata memberikan kasih sayang, hormon oksitosin menjadi aktif lho. Itu bagus untuk kesehatan fisik dan mental,"jawabnya,"Ibu ingat kan, ada seorang wanita yang sudah berhenti menstruasi empat tahun, begitu ia jatuh cinta secara tulus ikhlas semata berbagi kasih sayang, ia pun menstruasi kembali,"ceritanya dengan wajah berbinar-binar.

"Tapi hati-hati. Apa pun judulnya, cara mencintainya pun harus wajar. Cinta jangan dibiarkan meluber berlebihan.  Apalagi cinta yang sudah ditunggangi obsesi untuk memiliki.  Yang muncul bukan hormon awet muda tapi  adrenalin dan hormon kortisol membludak. Stress jadinya,"sanggah ibunya.

Ia terdiam mendengar sanggahan ibunya. Melihatnya terdiam, ibunya melanjutkan dengan pertanyaan,

"Kamu dulu pernah merasa mencintai dengan tulus, katamu. Tapi, akhirnya saat kecewa sempat stress juga kan?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline