Lihat ke Halaman Asli

Mimpi Kebasahan

Diperbarui: 25 Oktober 2020   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Megapolitan kompas.com

          "Mas... hujan nih," aku setengah teriak memanggilnya yang masih asyik mengamati kolam ikan mini di teras belakang.

Rumah di kompleks perumahan yang kami danai secara patungan dengan mengabaikan kepemilikan sebelumnya, misalnya warisan. Kami ingin memulai dari nol seperti yang disampaikan mas-mas atau mbak-mbak saat mengisi BBM,"Mulai dari nol ya?" Selain mengantisipasi suara-suara sumbang barangkali ada anggapan bahwa satu di antara kami berniat memanfaatkan pasangan, juga sebagai motivasi kami  agar gemar menabung.

"Bagaimana? Oke nggak, desainku?" godaku sambil memeluknya dari belakang. Ia tetap tak beranjak dari keasyikannya mengamati kolam ikan yang belum terisi.

"Melamun atau teringat seseorang sih?" kucoba mengalihkan perhatiannya dari kolam tersebut. Sementara hujan di luar kian lebat.

Ada sudut atap yang bocor dan ia tanpa banyak berkomentar, mengambil tangga dan membenahinya sedangkan aku dengan was-was memegangi tangga agar ia tidak terjatuh saat menaiki dan menuruninya.

"Rumah ini aku banget ya? Karena itukah, dirimu tidak berkenan wahai Baginda?" godaku saat kami sudah masuk kembali ke dalam rumah di sela lebat hujan yang tak kunjung mereda itu.

Air sudah tampak meninggi menggenangi jalanan. Untung saja got di depan rumah tidak dipenuhi dedaunan sehingga air yang menggenang, berangsur surut.

"Lapar Non. Udah masak belum?" ia tiba-tiba memencet hidungku yang tengah termangu melihat kondisi jalan yang tergenang air hujan. Aku masih saja termangu sampai ia mengulang ucapannya.

"Kapan masak? Kan kita datang bareng ke sini." aku pun beranjak menuju kulkas, membukanya dan mencari-cari yang ada di dalamnya, yang bisa dimasak dalam sekejap. Ada sebatang wortel dan dua butir telur yang kubawa minggu lalu ditemani sebutir bawang dan beberapa cabe dan merica bubuk. Semua kumasukkan begitu saja ke dalamnya dan sampai minggu kedua ini belum membusuk.

"Duh, masak apa ya?" aku lagi-lagi termangu di depan dapur ala pantry yang masih baru, masih belum pernah kugunakan untuk memasak, dengan semua peralatan yang masih serba baru.

"Ada mie gak?" ia bertanya sambil membuka seperangkat kitchen set yang juga masih baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline