Lihat ke Halaman Asli

Jangan Bilang Istriku

Diperbarui: 18 Oktober 2020   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.kompasiana.com/pakcah/

          Senja masih tampak memerah. Waktu menunjukkan pukul 18.01. Kami masih duduk di teras dekat taman kampus menunggu jam terakhir pukul 18.30 yang akan  berakhir pukul 20.30. 

Angin senja berhembus menerpa dedaunan  menebarkan kesegaran.  Beberapa teman bergerombol dan bergurau, walaupun ada juga yang menyendiri ditemani buku dan gawainya.

           "Ada yang ingin cerita nggak? Yang serem-serem atau yang lucu-lucu juga boleh,"pinta Mira memandang kami berlima satu per satu.

          "Seharian kerja, lalu kuliah sore hari, jenuh juga senja ini,"lanjutnya.

            Aditya mendekat kemudian duduk bersila di teras yang lebih tinggi dengan lagak siap bercerita.

             "Ayo Pak Dalang, kami siap mendengarkan,"kata Santi. Kami berlima senja itu. Aku, Tyas, Mira, Aditya, dan Jono. Kebetulan kami sekelompok pada mata kuliah jam pertama tadi.

          "Seringkali setelah kuliah selesai, aku nggak segera  pulang. Aku putar-putar keliling kota. Tahu nggak?"

            "Nggak tahu,"sahut Mira sambil memainkan gawainya.

            "Lebih dari sekali, setelah pukul 12 lewat, di jalan tol sekitar 200 meter menuju belokan ke rumahku, kulihat nenek-nenek menyeberang. Hih...serem deh. Rambut putihnya selalu terurai, memakai longdress warna putih tulang."

            "Kamu sih, setelah kuliah nggak segera pulang,"sahut Jono.

            "Kamu selalu pulang, Jon?" tanyaku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline