Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Si Cantik Dikalahkan?

Diperbarui: 4 Oktober 2020   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi karakter perempuan. (sumber: KOMPAS/Handining)

Setelah menulis tentang tokoh Tuti, Maria, dan Yusuf dalam novel Layar Terkembang kemudian mengunggah ke Kompasiana, saya pun mengirimkan link tersebut kepada siswa kelas XII. 

Selain sebagai tambahan bahan bacaan tatkala mengerjakan tugas yang berkaitan dengan pandangan pengarang novel terhadap kehidupan dalam novel yang dibaca, tentu juga berharap mereka pun meniru untuk menulis. Hehe.

Begitu mereka telah bergabung dalam Google Meet, saya pun bertanya apakah mereka telah membaca link yang saya kirimkan? Pada umumnya mereka menjawab sudah. 

Tatkala saya bertanya bagaimana pendapat mereka tentang tokoh Maria, mereka pun ikut menjawab, "Matre,Bu." Mengapa harus sama dengan judul dalam ulasan saya? Kalian tidak dilarang menjawab berbeda. Ada seorang siswa lelaki menjawab,"Tidak rasional Bu, saya suka yang rasional, bukan yang emosional."

Sebetulnya pembahasan belum sampai kepada kompetensi dasar tersebut. Oleh karena itu, pembahasan pun kembali kepada materi yang berkaitan dengan kompetensi dasar sesuai yang telah terprogram.

Tiba-tiba seorang siswa bertanya, "Bu, mengapa nama Ibu diganti Kiranti?" Wah...ini pertanyaan pura-pura salah baca atau sengaja diplesetkan? 

Akhirnya saya pun menjawab bahwa itu nama saya jika dibalik, dari Nanik menjadi Kinan dan Thi, merupakan singkatan dari Wijayanti. Jika digabung akan menjadi nama sebuah tembang macapat,"Kinanthi".

Masih berkaitan dengan nama Kinan, saya tiba-tiba teringat akan novel "Perahu Kertas" karya Dewi Lestari. Novel yang menarik dengan tokoh-tokoh yang pada umumnya protagonis, kecuali Wanda, si tokoh paling cantik dengan tubuh tinggi langsing yang diposisikan sebagai tokoh antagonis. 

Bukan antagonis parah sebetulnya, hanya saja ulahnya malah membuat tokoh Keenan, semakin tidak menyukainya, padahal pada awalnya Keenan,seperti umumnya kaum lelaki, juga suka melihatnya.

Wanda yang agresif dan membeli semua lukisan Keenan agar lelaki tersebut menyukainya, mengesankan bahwa Wanda ingin dianggap sebagai pahlawan, sekaligus ingin menguasai Keenan yang sulit ditaklukkan, tidak seperti lelaki lain yang dikenalnya, lalu beranggapan bahwa yang dirasakan menggebu di hatinya itu adalah cinta. Pada kenyataannya, Keenan menjadi marah bahkan menjauhinya.

Mengapa wanita cantik dengan postur tubuh manekin oleh pengarang malah diposisikan bernasib tidak baik, ditolak cintanya oleh Keenan yang lebih memilih Kugy, wanita mungil dengan tampilan yang cenderung semaunya? Enak juga menjadi pengarang, bisa menentukan jalan hidup orang sesukanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline