Lihat ke Halaman Asli

Beginikah Rasanya?

Diperbarui: 4 Agustus 2020   01:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: bsgwine.com

         Pagi hari terbangun dari tidur, mengapa badan terasa tidak nyaman? Ada sedikit kaku di tengkuk. Lengan kiri dan kanan tatkala dingkat pun serasa tersendat kesemutan. Ketidaknyamanan yang masih ditambah dengan bedhidhing. Keduanya seakan menjepit tubuhku membuat aliran darahku seolah tertekan dan tidak dapat mengalir lancar.

Sejak remaja SMA, tatkala orangtua mengizinkan kos di ibukota kabupaten, saya memutuskan memasak sendiri hanya membayar kamar kos. 

Itu karena teman-teman sekamar kos walaupun tidak satu SMA denganku, juga memasak. Jadilah, uang saku yang diberikan orangtua pun menjadi hemat karena lauk untuk makan hanya kubelikan tahu, tempe, telur, ikan, dan yang pasti adalah buah dan sayuran. Saya tidak begitu menyukai daging dan ayam, kecuali dimasak soto dan rawon, sedangkan ayam dimasak  kare.

Kebiasaan yang berlanjut ketika saya bekerja. Kebiasaan berhemat membuatku ingin segera hidup terpisah dari orangtua begitu adik-adikku memutuskan menikah. Kebiasaan berhemat ternyata sanggup membuat ketagihan, bahkan manakala membuka kulkas di dalamnya tidak terlihat tempe dan cabe saya  menjadi gelisah, merasa tidak memiliki bahan makanan secuilpun.

Demikian pula dengan pola makan. Menu yang kumasak sekitar itu-itu saja. Jika bukan tahu tempe, ikan, tentu telur dan yang pasti, ditambah sambal dan sayur. 

Aneka sambal, adakalanya sambal terasi, sambal petis, juga sambal kecap, sambal pecel dengan aneka sayur. Jika bosan sayur bersambal bumbu pecel, sambal terasi, tentu saya membuat tumis, biasanya kangkung. Begitulah menu favorit dan hanya memasak daging merah ketika idul adha karena memperoleh jatah dari warga, kadangkala dari teman yang tengah melakukan kurban.

Ada gurauan teman-teman manakala saya tidak pernah menerima dana sosial karena sakit. Wah, percuma Kamu membayar dana sosial, toh tidak pernah sakit. Yakh...lebih baik membayar dana sosial namun tidak pernah sakit deh. Semoga, demikianlah harapku.

Ada juga gurauan ketika saya terbiasa membeli buah jeruk, pepaya, pisang, nanas, dan mentimun. Memang mau rujakan? Pertanyaan yang tidak membuat marah karena buah ruk, pepaya, nanas, dan mentimun konon bermanfaat dalam pencegahan penuaan dini.

Seminggu yang lalu, dengan dalih tidak pernah menjalani, saya mencoba seminggu makan menu yang mengandung kolesterol tinggi. Ada bebek panggang, rica-rica bebek, sate, telur, rawon, dan ayam. Seminggu kemudian tubuh menjadi tidak nyaman seperti dalam paragraf pertama. Mengapa? Ada gejala penuaan dini karena faktor usia ataukah karena pilihan menu yang saya konsumsi seminggu yang lalu?

Menurut Effendy (2020) untuk dapat membuktikan bahwa sangat banyak orang yang mengalami penuaan dini,rasanya tidak perlu sampai berselancar di google. Bagaimanakah caranya? Dengan cara  memerhatikan orang sekitar pergaulan kita sehari hari. 

Ada yang belum lagi berusia 60 tahun namun gerakannya menunjukkan seakan akan dirinya sudah berusia 80 tahunan. Oleh karena itu, agar jangan sampai tiba giliran kita mengalami penuaan dini ini ,maka sangat penting kita mengantisipasi secara serius.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline