Walaupun terkesan pasrah, namun Dewi Gandari ibu para Kurawa masih memendan amarah atas kematian anak-anaknya dalam perang Baratayuda. Jika teringat hal itu, ia pun mengutuki Kresa, karena dialah motivator terjadinya peperangan tersebut. Konon, Dewi Gandari yang didukung adiknya, Sangkuni, telah mendidik anak-anaknya agar menikung Pandawa, sepupunya. Semua itu dilakukan karena dendam kepada Pandu Dewanata yang tidak memilihnya, malah memberikannya kepada saudaranya, Destarastya yang buta.
Sementara itu, Yudhistira yang masih sangat berduka atas kematian Karna sebagai kakak tertua seibu di medan laga, menolak menjadi raja pascapeperangan tersebut. ia ingin hidup menjadi pertapa di hutan dan meminta Arjuna menggantikan posisinya. Arjuna tentu saja keberatan atas niat Putra Pandu yang tertua tersebut.
Akhirnya, atas desakan semua peserta pertemuan, Yudhistira pun menuruti permintaan mereka menjadi raja Astinapura. Ia memimpin kerajaan dengan adil dan mencintai rakyatnya sesuai dengan nasihat-nasihat yang diberikan Resi Bisma.
Walaupun para Kurawa telah ditumpas Pandawa, namun Raja Yudhistira tetap menghargai pamannya sehingga sang Destasastya tidak lagi berduka. Ia bahkan tampak lebih berbahagia daripada sebelumnya, tatkala kerajaan masih berada di tangan Raja Duryudana, anak sulungnya. Akan tetapi, lain lagi sikap Bima, putra kedua Pandu. Manakala ia berpapasan berdua saja dengan pamannya tersebut, ia tumpahkan segala kekecewaan, betapa jahat para Kurawa kepada para Pandawa.
Baca juga: Selamat Hari Wayang Nasional, Mari Mengenal Karakter Pandawa Lima
Mereka dikondisikan kalah bermain dadu sehingga menjadikan Drupadi sebagai bahan taruhan, dan segala kekecewaan lainnya atas keteledoran pamannya itu dalam mendidik anak-anaknya, yang juga saudara sepupunya.
Sang Destarastya pun mengakui keteledorannya itu, bahwa ia telah mengabaikan saran Widura, adiknya agar Pandawa dan Kurawa bersatu. Ia pun tak mendengarkan nasihat Bisma agar Kurawa mengembalikan separuh kerajaan Astinapura kepada yang lebih berhak, Pandawa. Kelalaian atas dasar sayang anak telah dibayar mahal dengan kehancuran keturunannya.
Atas nasihat Begawan Wiyasa melalui Arjuna, para Pandawa pun turun tahta kemudian berniat hidup sebagai pertapa di hutan. Oleh karena putera Drupadi sebagi permaisuri Raja Yudistira maupun Gatotkaca putera Bima meninggal saat berlangsungnya perang Baratayuda, maka Parikesit putera Arjuna yang menggantikan Raja Yudistira, tatkala para Pandawa disertai Drupadi telah memutuskan meninggalkan kerajaan untuk hidup sebagai pertapa di hutan.
Tatkala para Pandawa memasuki hutan, seekor anjing mengikuti perjalanan mereka. Mereka pun berjalan melewati Sungai Gangga, Gunung Himalaya, bahkan sampai pula di gurun pasir. Di tempat itulah, Drupadi meninggal dunia. Konon, akibat kesalahan ucap Dewi Kunti agar "hadiah" yang diterima Ajuna dalam lomba memanah dibagi dengan saudara-saudaranya, Drupadi pun harus menerima nasib berpoliandri, menjadi isteri para Pandawa bergantian selama dua tahun, lalu kembali menjadi permaisuri Raja Yudhistira.
Di antara kelima putra Pandu, Bimalah yang paling mencintai Drupadi walaupun Bima memiliki isteri lain, Dewi Arimbi yang merupakan ibu Gatotkaca. Maka, dalam sedihnya, Bima pun bertanya kepada kakaknya mengapa Drupadi meninggal dunia lebih dulu? Yudhistira pun menjawab, bahwa dalam membagi cinta kepada kelima Pandawa, Drupadi sebagai manusia biasa tetaplah tidak bisa adil.
Dari kelima Pandawa, hanya Arjuna 'sang pemenang lomba' atas dirinyalah yang paling dicintainya, kendati sebagai raja, Yudistira menjadikannya isteri tunggal tanpa selir. Oleh karena itu, Drupadi tidak dapat lagi mengikuti perjalanan mereka.