Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia yang baru saja dilantik, Purwadi, banyak persoalan yang dihadapi para petani. Di sisi lain mereka diharapkan sebagai penyangga pangan nasional, namun hak-haknya tidak terpenuhi. Seperti persoalan minimnya pupuk bersubsidi, kekurangan air di musim kemarau, sulitnya mengakses kartu tani, dan sulitnya regenerasi.
Wakil Bupati Sukoharjo ini sekaligus mengajak kepada para milenial untuk tidak malu menjadi petani.
''Sampai sekarang petani milenial masih sedikit ya? Hal itu disebabkan banyak faktor, antara lain hasil penjualan panen tidak maksimal. Petani sering dipermainkan harga saat panen tiba. Ke depan, kita upayakan berbagai cara agar pertanian dilirik oleh kaum milenial,'' jelas Purwadi seusai dilantik sebagai Ketua HKTI Periode 2020 -- 2025 di Sukoharjo, Sabtu sore (29/8/2020).
Selain itu, permasalahan petani yang tak kunjung selesai adalah ketersediaan pupuk subsidi yang dirasa masih kurang. Pemerintah hanya memberi separuhnya saja dari kebutuhan total para petani, sehingga para petani terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga lebih mahal.
''Kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mengatasi persoalan ini, agar ketahanan pangan tetap terjaga di tengah pandemic Covid 19 ini,'' kata Wakil Bupati Sukoharjo ini.
Sementara Ketua HKTI Jawa Tengah, Abdul Kholiq Arif meminta kepada semua pengurus HKTI di setiap wilayah, haarus melakukan pendataan kawasan berbasis produksi, sehingga peta kekuatan produksi di masing-masing wilayah lebih jelas.
''Sukoharjo punya produksi unggulan apa, Wonosobo punya produksi apa, sehingga ketika pasar menghendaki produk apa, kita bisa memainkan dengan tepat . Pengarustamaan produksi ini juga dibarengi dengan proses produksi lanjutan hulu sampai hilir yang merupakan satu kesatuan proses produksi yang tak terpisahkan, termasuk dari aspek pemasarannya,'' jelas Abdul.
Dirinya mencontohkan produksi gula semut yang ada di wilayah Kebumen, Cilacap, Wonosobo, Banjarnegara, dan Purbalingga, quality controlnya harus dijaga agar bisa diterima pasar dunia. Begitu pula kelompok pemelihara domba local, mulai diterima pasar Negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei.
Dan yang lebih penting lagi, HKTI juga tengah merancang bangun pengarustamaan pakan ternak dari jagung. Sehingga para peternak tidak semuanya tergantung pada asing. Ada peternak kelompok rakyat yang harus diapresiasi dengan pakan yang lebih terjangkau. (NKRi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H