Lihat ke Halaman Asli

Dua Hati Bertaut di Pulau Buton yang Eksotis

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13879580681231866214

Hari itu tanggal 12 Nov 2011 bertempat di Salah satu restaurant di pulau Buton yang berhadapan langsung dengan lautan, moment unik penyatuan dua hati yang berbeda bangsa dan berbeda budaya, moment sakral pernikahan, kita semua serempak bersepakat Pernikahan adalah suatu proses penyerahan diri secara total pada pasangan jiwa. Betapa keindahan penyatuan dua hati laksana segenap semesta seakan-akan bersuka cita dengan gempita, menyatu dengan biru lautan yang terikat simpul dengan birunya langit mayapada

13879582241252971188

Saat itu aku turut hadir diantara sekian banyak undangan termangu dan takjub dengan proses pernikahan yang sangat lain. Namun jujur ku akui sangatlah unik, perpaduan dua budaya inilah daya tarik pernikahan ini. Kedua pengantin yang berbahagia ini Belinda (berkebangsaaan Australia) dan Ajank (berkebangsaan Indonesia).

Awal perkenalanku dengan Belinda sekitar tahun 2006, saat itu Mr. David dan ibu Carole memperkenalkan Belinda pada keluargaku. Belinda adalah pribadi yang menyenangkan dan sederhana hingga, keluargaku dan orang-orang yang mengenalnya pun menyenanginya. Pastinya tak pernah terfikirkan olehku dan orang lain, bahwa pulau Buton menjadi saksi pernikahannya dengan pria berkebangsaan Indonesia.

13879583701701936095

Tahapan pernikahan yang sangat sakral adalah “akad nikah” dalamnya terdapat ijab Kabul, umumnya di daerahku untuk proses akad nikah di lakukan di kediaman wanita, namun Akad Nikah Belinda dan Ajank di lakukan di atas jembatan Lakeba Restaurant, di ujung jembatan berbentuk seperti pendopo berukuran mungil dengan atap, dan tepat berada di atas laut yang tidak terlalu dalam dan terlihat dengan jelas dasar lautan yang keperakan terkena sinar mentari, sungguh sisi romantisme tergambar dengan sangat jelas tersibak saat cahaya matahari redup, dan jauh diufuknya sunset kemerah-merahan, merona merah, dan tertunduk, lukisan alam yang sempurna. Janji suci pada Sang Khalik disaksikan keluarga, sahabat mempelai perempuan dari Australia, Indonesia serta para undangan yang memandang takjub. Layaknya pernikahan di negeri kayangan menurutku, cerita-cerita saat aku kecil, kembali berkelebat dibenakku dongeng-dongeng yang membiusku dan tertidur pulas stelah membaca majalah bobo, cerita-cerita ibuku dan sahabat kecilku, Atun yang bercerita tentang Wiro Sableng Pendekar 212.

1387958551640485657

Setelah proses akad nikah berakhir di lanjutkan dengan Makanan ringan dan foto, aku menggaris bawahi makna secara lexical. Makanan ringan dan foto, bahasa Indonesia yang sedikit keInggrisan. Menurutku asyik, karena bahasa yang satu terkadang mendapat pengaruh dari bahasa yang lain, istilah para linguists (ahli-ahli bahasa) mungkin ini adalah proses derivational, inflectional, atau allomorphs entahlah, kita semua dapat berspekulasi tapi apapun itu, justru keunikan penyatuan pernikahan dua bangsa ini adalah kata ‘PERBEDAAN’. Baik itu bahasa, budaya, maupun warna kulit. Aku menganalogikan pernikahan dua bangsa ini seperti pelangi yang dalam bahasa jepang disebut “nidji” terlihat teramat sangat indahnya karena tersusun apik dengan warna-warna berbeda. Untuk lebih mendetailnya susunan acaranya berdasarkan kertas berukuran sedang berwarna hijau yang diberikan pada setiap undangan yang hadir seperti ini:

Belinda dan Ajank

SUKA DUKA. CINTA!

15.00 Akad Nikah

16.30 Makanan Ringan dan Foto

17.30 Buka Resepsi dan Tarian Tradisional

17.45 Nasehat Perkawinan (Bapak Raki)

18.00 Shalat

19.00 Makan Malam

19.30 Dance Suami Istri Baru

20.00 Tutup Acara.. Karaoke

Semoga Kalian menikmati pesta kami! Terimakasih

Kata yang terucap serta merta olehku saat menerima dan membaca kartu berwarna hijau yang diberikan adalah “KREATIF”, aku memuji kreatifitas pengantin yang berasal dari dua bangsa yang berbeda ini, gabungan tradisional dan modern tergambar jelas dengan menyisipkan acara tarian tradisional dan dance suami isteri baru, setahuku di negeri kangguru, pasangan pengantin baru mesti berdansa, di saksikan keluarga, dan para undangan. Di Pulau Buton, kadang-kadang memang ada acara, setelah acara resepsi atau perjamuan, acara hiburannya acara joget. Dilakukan pada malam hari, lagu dangdut mendayu-dayu terdengar…, dangdut modern yang musiknya telah termodifikasi music techno, atau music dangdut jenis koplo seperti lagu yang di nyanyikan oleh Ayu Ting Ting diperdengarkan, tujuan acara joget untuk menghibur keluarga dan masyarakat disekitar rumah pengantin. Konsep acara joget dalam kemasan berbeda adalah berdansa versi barat. Berdansa, saya yakin tidaklah mudah buat kita, asli Indonesia yang tidak biasa berdansa dengan baik jika belum melalui proses latihan yang keras. Untuk yang satu ini aku memuji Ajank yang telah menunjukkan keseriusannya, pengorbanannya untuk berdansa hahehe. Bukankah pengorbanan dan kesabaran adalah cinta sejati yang sesungguhnyaJ.

Satu hal yang juga menarik buatku adalah, ketika dua benua berpadu menghasilkan warna-warna unik yang menarik, para undangan berbaur dengan keluarga dan sahabat pengantin wanita dari Australia. Entah apa yang ada di benak mereka yang hadir saat itu. Aku duduk dan menyaksikan semuanya, lebih banyak diam dan merangkai kata-kataku sendiri untuk menjadi inspirasi cerita selanjutnya. Terkadang sesekali lamunanku buyar oleh teman yang berada disampingku sebut saja namanya Raja, yang sibuk memegang kamera dan mengabadikan moment indah ini, sesekali mataku tanpa sengaja beradu pandang dengan ibu, Nina, Dinda, Nety, Sari, Margaret, Mark. Bahasa tubuhku dengan tersenyum kecil menunjukkan aku tidak sibuk, dengan pikiran-pikiranku sendiri dan tidak mengabaikan keberadaan mereka.

Sambil mendengarkan cerita-cerita pengantin baru, yang di translatekan kedalam bahasa Inggris. Imajinasiku mulai terangkai akan pernikahan unik, bertautnya satu cinta, dua hati di pulau Buton yang eksotis, doa doa para leluhur-leluhur kita, menghipnotis nalar menarik dua insan yang menyatu, dalam ikatan suci pernikahan. Pulau Buton ibarat untaian gugusan pasir putih yang terhampar, ibarat lautan yang bersenda gurau dengan mentari, ibarat bersoleknya perawan yang suci, ibarat detak jantung menemani jiwa yang merindu, ibarat lirih nafas yang tiada henti berhembus di relung-relung hati ketika tulang rusuk menemukan pasangan jiwanya… mmmm andai semuanya adalah cerita, cerita indah janganlah tuntas, kuingin hirup hingga sukmaku menggapai cakrawala… buatmu sahabatku, saudaraku, kawanku. Belinda dan Ajank, teruslah mengarungi samudera hidup, berpeganglah selalu dalam cinta dan kasih sayang yang abadi… dan bersandinglah selalu dalam hati semua, yang mengenalmu karena doa yang mereka panjatkan malam ini, adalah doa yang penuh ketulusan akan bahagia buatmu berdua selamanya. Uuupss tiba-tiba bunyi kembang api menghenyak ku dari lamunan, “wow aku bersorak kegirangan kawanku yang berada tepat di sampingku berbisik padaku “,waw ini bonus malam tahun baru”, aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya hehehe tapi kutetap tersenyum, mengangguk dan mengiyakannya sambil terus menikmati pesta kembang api dan bintang-bintang malam yang berkedip-kedip ikut larut dalam bahagia.., aahhh.. aku belum ingin beranjak dan tak ingin cerita ini berakhir.

13879588832057827767

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline