Lihat ke Halaman Asli

Ibu dalam Perspektif Terindah Dibenak

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419567656618348380

By. Nani Cahyani



Ibu dengan singkat kuceritakan kisahmu yang sebenarnya tak ingin kuceritakan ke orang lain betapa ibu adalah wanita terhebat bagi kami semua anak anakmu. Membesarkan lima orang anak dengan kesabaran, kasih sayang, dan ketegasan dalam mendidik kami. Ibu adalah kesederhanaan terindah yang mengisi relung kalbu kami yang terdalam mengajarkan kebaikan dalam bentuk gerak tanpa tutur yang menyakitkan kalaupun jika kesal singgah dihatinya cepat ditepiskan dengan senyum tulus bahwa cinta harus memang terhadirkan bahkan ketika hati sedang tak suka.

Ibuku adalah guru sekolah dasar di kota Baubau, beliau sosok pengajar yang cerdas, baik namun memiliki sisi ketegasan yang sifatnya mendidik. Dulu pernah ketika SD saat telat bangun kesekolah ibu tidak memberi uang untuk naik kendaraan umum tapi tetap harus kesekolah dan menanggung sendiri kesalahan bangun tidur terlambat dengan berlari kesekolah walau secara finansial gaji ibu pastilah cukup untuk kami tapi ibu hanya ingin menanamkan rasa tanggung jawab menanggung kesalahan yang dibuat sendiri karena tidak disiplin pada waktu. Saya masih ingat di tahun 90 an sekolah tempat ibu mengajar menjadi sekolah terfavorit karena disiplin tenaga tenaga pengajarnya terbukti dengan kualitas kulitas siswa yang berhasil menjuarai banyak perlombaan ditingkat nasional. Disaat itu mungkin ketegasan yang ditanamkan guru guru adalah ketegasan yang penuh cinta kasih dengan memberi contoh terlebih dahulu hingga nilai nilai kebaikan dan pengetahuan betul betul menyatu dalam benak dengan siswa.

Ibu selalu menyuruh kami belajar, ibu percaya kehidupan manusia hanya akan berubah dengan pengetahuan dan kecerdasan dan dengan kecerdasan kita akan mengenal Tuhan. Disaat itu belajar adalah kegiatan yang tak mengenakkan buat kami, mengeluh dalam hati namun tak membantah kamipun belajar, memahami lembar demi lembar pelajaran sangat menyiksa saat itu. Keinginan ibu tak lebih dari melihat kami anak-anaknya sukses dimasa depan.

Ibu, membesarkan kami dengan penuh kesabaran walau ayah telah berpulang kembali pada Sang Khalik namun bagi ibu menghadiahkan cinta sejatinya pada ayahku dengan berjanji menjadikan kami anak-naknya sukses itulah janji romantis ibu pada ayahku dihembusan terakhir ayah.

Alhamdulillah perjuangan ibu dan doa ibu yang tiada henti untuk kesuksesan kami berbuah disaat ini anak pertama bekerja sebagai tenaga paramedis disalah satu puskesmas, anak kedua bekerja sebagai dokter, anak ketiga bekerja sebagai dosen, anak keempat bekerja menjadi guru dan anak kelima sekarang sedang menempuh pendidikan kedokteran gigi.

Segala kesuksesan yang ditoreh tak bermakna apa apa tanpa doa ibu, segala kehebatanpun ketika telah tergenggam Bukanlah apa apa ketika hati tak merendah pada ibu, segala emosi mesti teredam dalam peluk hangat ibu, segala perjuangan mesti hanya satu alasan untuk senyum kebangaan ibu.

Sayangilah ibumu karena ibu cahaya dalam hati yang tak akan pernah redup bahkan ketika cahaya yang lain redup. Tulisan ini teruntuk untuk mamaku sayang..

Happy mom’s day, love your mom because your life begins in mom’s love as the first step we did in life because of mom.

Langit Baubau, 22 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline