Lihat ke Halaman Asli

Nani Yuliani

Nani Yuliani. SE, ASN Guru Mapel IPS MTs. N 1 Kota Cilegon

Sebuah Harapan dari Sang Guru

Diperbarui: 13 Desember 2020   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sudah hampir 10 bulan kita menjalani kehidupan yang serba tak manentu. Sejak kehadiran markonah di negri ini, semuanya serba berubah. Dari sisi dunia pendidikan yang sangat terasa sekali perubahannya. Karena dari semenjak kehadiran markonah kita dipaksa untuk melaksanakan pembelejaran Daring. Suka tidak suka kita harus mau melaksanakannya.

Permasalahnya bukan hanya disitu, dan tidak sesederhana yang kita bayangkan. Pembelajaran Daring sangat banyak menyita waktu,  terutama para tenaga pendidik. Pembelajaran Daring guru lebih banyak bekerja di rumah. Yang sepertinya banyak dari berbagai kalangan yang menilai nikmatnya jadi guru selama pandemi guru m emakan gaji buta.

Pernyataan itu justru sangat menohok para guru, mereka tidak tahu bagaimana lelahnya para guru selama melaksanakan pembelajaran Daring. Yang sejatinya  mereka bekerja ada batasan waktu, tapi setelah selama pembelajaran daring ini.  

Guru  bekerja  bertambah dua kali lipat jam kerjanya 24 jam. Bagaimana tidak 24 jam. Para siswa mengirim tugas semaunya siswa, walaupun sudah diberi batasan waktu pengiriman tugas para siswa tetap tidak menghiraukan perintah gurunya.

Banyak siswa yang mengirim tugas malam hari. Di saat guru harusnya sudah istirahat, ini malah masih berkutat merekap dam menilai tugas siswa. Sangat dilema kalau tidak langsung dikoreksi dan dinilai tugas dari siswa khawatir lupa, dan terlewat. Dan memory hp pasti penuh karena kiriman tugas-tugas siswa. Dan itu baru permasalahan yang dihadapi oeh gurunya.

Lain lagi permasalahan yang dihadapi para siswa selama pembelajaran Daring. Banyak orang tua yang mengeluhkan,  dengan sangat terpaksa walaupun tidak mampu harus  membelikan handpohne untuk anaknya supaya bisa melakukan pembelajaran Daring, dan tidak hanya handpone yang dibutuhkan melainkan kebutuhan kuota yang harus dipenuhi setiap harinya. Jadi sepertinya kebutuhan kuota saat ini jadi seperti kebutuhan pokok.

Ada yang lebih buruk lagi dari permasalahan siswa di atas. Semenjak pembelajaran Daring perubahan sikap dan krisis moral yang dialami para siswa itu tidak bisa dielakan. Para guru merasakan sangat sedih melihat sikap siswa yang terkadang tidak sopan terhadap gurunya. 

Pembelajaran daring membuat ruang gerak para guru jadi terbatas. Guru yang sejatinya memberikan materi secara total, sambil menyelipkan sedikit nasihat  dan pesan-pesan moral kepada murid-muridnya di kelas di saat pembelajaran berlangsung.

Perubahan sikap dan krisis moral yang dihadapi para siswa ini justru akan mengancam masa depan bangsa kita yang tercinta ini. Bagaimana tidak akan mengancam masa depan bangsa kita. Selama pembelajaran Daring siswa tidak berada di sekolah, mereka lebih banyak bermain di luar rumah. Dan ini yang kita para guru khawatirkan mereka salah dalam bergaul.

Harapan para tenaga pengajar semoga awal tahun 2021 si pemangku kebijakan  membolehkan  sekolah sudah boleh belajar tatap muka kembali.  Dan  sudah bisa melaksanakan pembelajaran seperti biasa, kami para guru dan para siswa sudah saling merindukan untuk segera bisa dipertemukan kembali di sekolah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline