Lihat ke Halaman Asli

Rasa Cinta dalam Memilih Pemimpin

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak orang bermimpi dan bercita-cita menjadi seorang pemimpin, bahkan untuk mewujudkan harapannya itu terkadang mereka tidak memperdulikan lagi halal atau haram, merugikan orang lain atau tidak. seakan-akan kekuasaan adalah segala-galanya. Satu tahta kekuasaan diperebutkan banyak orang, sementara yang menaiki tahta itu pastilah hanya satu orang saja yang pada saatnya iapun akan turun dari tahta itu dan digantikan oleh orang lain.

Tetapi sekalipun sudah tidak berkuasa, tanggung jawab dan beban akan tetap berada di pundaknya sehingga dia mampu untuk berdiri kelak di hadapan Dzat yang Maha Berkuasa, di depan pengadilan dan akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang pernah dipimpinnya.

Berikut ini beberapa contoh kisah keteladanan para pemimpin umat yang telah berhasil memakmurkan rakyatnya dan menghantar mereka menuju kehidupan yang lebih baik dan adil.

Secara sosial pemimpin adalah penguasa, karena memiliki otoritas dalam memutuskan sesuatu yang mengikat dengan orang banyak yang dipimpin, tetapi menurut etika keagamaan seorang pemimpin pada hakikatnya adalah pelayan dari orang banyak yang dipimpinnya.

Pemimpin yang akhlaknya rendah pada umumnya menekankan pada dirinya sebagai pengusaha, sementara pemimpin yang berakhlak baik lebih menekankan dirinya sebagai pelayan masyarakat.

Pilihlah pemimpin daerah dengan dua rasa cinta, yang pertama cinta kepada orang baik mskipun yang dicinta tidak memberikan apa pun kepadanya, seperti cinta kepada nabi dan ulama, yang kedua cinta kepada kebaikannya terlepas dari siapa pemilik kebaikan itu.

Pemimpin yang baik selalu mempunyai keinginan untuk menebarkan cinta pada rakyatnya, hinga rakyatnya sadar untuk mencintainya.

Karena degan cinta pemimpin akan mensejahterakan rakyatnya dengan memberikan kemampuan terbaiknya. Setelah itu siapapun yang terpilih, mari kita berikan dukungan dan kerjasama yang terbaik tidak ada manusia yang sempurna semuanya perlu proses dan kerja keras.

Setiap manusia sangat butuh akan jiwa kepemimpinan (leadership) karena manusia dituntut untuk bisa mengatur kehidupanya apalagi terhadap hal-hal yang berkenaan dengan masalah sosial. Banyak penulis yang telah menerbitkan karyanya tentang "membangun jiwa leadership" bahkan konsep-konsepnya telah diterangkan dengan detail, mulai dari pemimpin moderat, demokratis, otoriter dan lain sebagainya.

Agar kita memiliki pemimpin yang adil yang bisa menjaga dan mengayomi kita, maka pemimpin haruslah orang yang dapat kita percaya dan mempunyai kapabilitas serta loyalitas terhadap kita. Jika semua itu ada pada diri seseorang diantara kita maka tak salah jika kita memilihnya sebagai pemimpin kita.

Oleh sebab itu jika seorang pemimpin memerintahkan kita untuk berbuat sesuatu yang melanggar syariat Islam maka kita tidak wajib mentaatinya bahkan kita harus menegurnya dengan cara yang bijaksana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline