Assalamualaikum.
Eits, tunggu sebelum aku masuk intinya sedikit mukodimah dari aku nih. Artikel ini bukan hanya untuk para bunda, ayah, atau guru saja dong. Karena mendidik adalah tugas mulia tentunya bisa dilakukan siapapun tanpa gelar sekalipun, yang terpenting sampaikan hal baik walaupun cuma satu huruf. Siap?
Pernahkah teman-teman disini saat menyetrika kesulitan karena tidak tahu cara menggunakan alat seterika?. Atau hal lain yang membuat -teman kebingungan, sebelum membaca buku petujuk? Nah hal itu lah pentingnya pendidikan. Menurut Psikologi arti pendidikan adalah mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa pendidikan bisa tidak, teman-teman bayangkan dunia ini akan sulit sekali menjalaninya misal kita bisa keliru masak air pakai seterika bukanya kompor.
Suasana sedang gerah, kepala rasanya mau pecah, tugas sampai dibawa ke rumah karena belum kelar, eh adek minta dianter beli es krim. Kira-kira apa yang akan teman-teman lakukan bila di posisi tersebut ? menyetujui ajakan adek, menolaknya, mendiamkan adek, atau justru memarahinya?
Kenapa aku juga memberi pilihan marah juga, pasti teman-teman mikirnya "lho marah kan tidak boleh apa lagi kepada anak-anak". Wah teman-teman sudah pintar nih ,memang benar beberapa dampak memarahi anak mengutip dari alodokter.com yakni bisa membuat anak menjadi penakut dan tidak percaya diri, anak bisa mengalami gangguan mental hingga menjadi sosok pemarah dikemudian hari. Wah mengerikan sekali ya jangan sampai kita menjadi contoh yang buruk apalagi sampai membuat dosa jariyah.
Lalu sebenarnnya memarahi anak atau dengan dalih memarahi untuk mendidik apakah diperbolehkan?
Psikolog anak dan remaja Samantha Ananta mengatakan, orang tua yang terus menerus memarahi anak dengan bentakan akan terjadi kehilangan hubungan atau ikatan emosional dengan anak. Cara memarahi seperti ini justru membuat anak menjadi tertutup dan memiliki rahasia sendiri. Samantha menambahkan "akibatknya anak berkembang sendiri dan jauh dari pendampingan orangtua, padahal anak berhak mendapatkan perhatian dan bimbingan orangtua". Menurutnya juga orangtua juga harus menghindari bicara berteriak, mencubit atau bahkan memukul.
Sehingga perlu sebuah seni tersendiri untuk "memarahi" anak, apalagi sampai menyakiti psikis hingga berujung terputusnya hubungan antara anak dan orangtua. Samantha menambahkan diperlukan adanya pemahaman pada anak kalau perilaku yang dilakukannya membuat tidak nyaman oranglain.
Misalnya ketika anak memecahkan piring, maka sebagai orangtua seharusnya menjelaskan akibat dari perilaku anak tersebut bisa jadi ia terluka terkena pecahannya atau bisa mengenai oranglain. Sehingga dengan pemahaman begitu diharapkan anak akan berhati-hati kedepannya dan meminta maaf setelahnya.
"Eh itu sih mudah kalau anaknya penurut tapi bagaimana dengan anak yang keras kepala?"-komentar netizen