Indonesia adalah negara kaya dengan hasil alam baik yang di atas dan di dalam tanah. Termasuk pula hasil kekayaan dari laut biru yang sangat luas. Selain itu ada pula kekayaan yang membuat kagum para warga bermata biru dan hijau juga berkulit putih. Mereka melihat ada kekayaan intelektual yang sempurna yaitu budaya lampau dalam bentuk seni di bidang apapun yang masih dirawat sampai sekarang.
Contoh sederhananya adalah makanan kuno bernama klepon. Kue basah yang terbuat dari tepung beras berisi gula merah cair lalu di bentuk bulat, kemudian di rebus, agar berwarna hijau di campur cairan dari daun pandan dan terakhir dalam keadaan kering di taburkan serpihan kelapa berwarna putih. Rasanya wow!
Namun pernah pula terdengar cerita sedih tentang kue yang juga punya nama onde-onde. Ada gelar buruk menimpa kue kesukaan saya sejak sekolah dasar. Pada waktu itu di internet ramai seorang suci mengatakan bahwa kue tersebut haram di makan oleh kelompok agama tertentu karena ada warna putih dari kelapa yang di parut dengan tangan. Menurut orang suci tersebut, warna putih yang menempel pada kue basah itu mirip dengan warna salju yang ada pada bulan desember.
Pada bulan terakhir pada suatu tahun, salju hadir sebagai tanda perayaan kudus untuk agama yang berbeda dari komentar orang suci tersebut. Sempat terjadi perdebatan namun syukurlah kue klepon di jawa atau onde-onde di sumatera bisa mendapatkan kembali label halal setelah orang suci tersebut insaf. Tapi kejadian di dunia sering terjadi pengulangan bagai waktu siang dan malam.
Ada nasihat dari orang suci di internet yaitu sesuatu yang di anggap tidak pantas di lakukan oleh suatu agama tertentu karena bertentangan dengan perintah dari langit adalah berkunjung ke candi Borobudur. Dengan mengucapkan tentang aturan di kitab suci bahwa di candi Borobudur adalah tempat pemujaan untuk agama yang berbeda keyakinan maka tidaklah pantas datang ke sana walau hanya untuk bertamasya.
Bila masih keras kepala untuk tiba di candi peninggalan raja Samaratungga dari dinasti Sailendra maka bisa di berikan gelar buruk sebagai manusia sesat. Saya pernah sekali ke sana. Jujur saja sampai saat ini saya tidak berubah keyakinan terhadap agama warisan dari orangtua sendiri yaitu Islam.
Bagi saya candi Borobudur adalah bukti sejarah bahwa di tanah nusantara pernah ada suatu kerajaan yang hebat dan mampu membuat kagum bagi siapapun manusia yang tertarik dengan sejarah peradaban lampau. Dari candi Borobudur kita bisa belajar bagaimana pada jaman lampau ada suatu bangunan yang tercipta dengan pola pikir yang sederhana namun berkharisma hebat.
Dari candi Borobudur orang Indonesia bisa mengenal siapa leluhur nusantara pada jaman belum ada internet. Jika alasan sebenarnya karena ada perbedaan keyakinan bagaimana label bagi mereka yang menuntut ilmu di negara maju namun punya keyakinan yang berbeda tentang Tuhan?
Apakah gelar bagi suatu kaum agama tertentu karena bencana alam atau politik harus berlindung kepada pihak berlainan agama? Ungkapan-ungkapan yang menyesatkan juga pernah terjadi pada lagu anak-anak jaman dahulu seperti balonku yang liriknya mengandung arti menistakan suatu agama karena balon yang meledak berwarna hijau. Juga untuk lagu naik-naik ke puncak yang di persepsikan sebagai kampanye agama tertentu. Syukur kembali kedua orang suci tersebut mengaku khilaf.