Sore ini sungguh aneh, awan mendung datang bersama angin yang bertiup pelan. Tiba-tiba bulu kuduk ku berdiri padahal saat ku lihat telepon genggamku menunjuk jam empat sore.
Ku lihat sekeliling jalan raya, tak ada yang aneh. Biasa saja. Sekitar dua mobil dan tiga motor melaju dari dua arah yang berbeda. Kecepatan yang wajar sekitar empat puluh perkilometer.
"Bang maaf," suara mendadak itu mengejutkanku.
"Nanti kalau ketemu hadphone saya tolong kontak ke nomor ini," suara ramah seorang perempuan cantik berumur dua puluh tahun sedikit mengejutkanku.
Aneh, sepanjang jalan beraspal ini hanya ada aku seorang. Datang dari mana?
Dari tadi aku tidak melihat ada wujud manusia seorang pun. Sisi kanan dan kiri jalan hanya ada kali kecil dan hamparan sawah sekitar seratus meter. Lalu tercium wangi bunga melati dan sedikit anyir mirip bau darah.
Ah biarlah. Mungkin itu bau bangkai tikus yang tak tampak oleh mataku.
"Bang maaf," gadis itu menegurku lagi. Senyumnya menambah cantik wajahnya yang geulis.
"E iya," aku gugup di tegur. Sebenarnya aku sedang bingung kenapa mendadak ada gadis cantik di sini dan menegurku dengan ramah. Suaranya syaduh banget.
Aku tersenyum bloon.
"Nanti kalau abang lihat handphone saya, tolong kontak ke nomor ini ya," bujuk gadis itu sambil memberikan selembar kecil kertas putih yang sudah di tuliskan nomor. Kemudian dia memceritakan bentuk fisik dan merek dagang handphone miliknya.