Lihat ke Halaman Asli

Nandiya Hartawan

Baru lulus SMA

Kejutan Makan Siang

Diperbarui: 25 Juni 2024   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejutan Makan Siang

Jam istirahat di sekolah yang tidak ditandai dengan berbunyinya bel, hanya berdasarkan kesadaran kami sebagai murid yang selalu rutin mengingatkan guru pengajar agar menyudahi pembelajaran akhirnya tiba juga. Setelah jam pelajaran Kimia yang membosankan dan membuat otak panas, perutku jadi lapar. Aku tidak pernah toleransi dengan Kimia. Kimia seolah membawaku kepada ilusi yang tidak menciptakan kebahagiaan. Atom-atom, zat-zat, nama-nama unsur Kimia, entah kenapa selalu tidak bisa aku terima di otakku seolah-olah itu adalah trauma besar yang mengganggu jika aku mengingatnya.

Meskipun Kimia tadi menyebalkan, syukurlah pelajaran berikutnya bisa mengurangi kekesalanku. Bahasa Inggris, pelajaran favorit sekaligus rekreasiku setelah Kimia yang membuat panas.

Berhubung sudah jam istirahat, aku segera membuka kotak makanku. Bekalku untuk hari ini adalah ayam kecap yang aku masak sendiri tadi pagi sebelum berangkat sekolah.

“Kamu bawa apa hari ini Di?”

“Nasi pecel. Aku lagi suka sama makanan ini. Bumbunya aku buat sendiri loh.”

Dian, teman sebangkuku juga suka memasak. Dia tahu cara mendeskripsikan rasa makanan yang dia makan secara detail. Kami sering berdiskusi tentang resep-resep masakan dari internet yang telah kami coba. Selalu menyenangkan makan siang sambil mengobrol dengan Dian. Dian yang mengoceh tentang rasa makanan yang dia makan, sementara aku yang hanya bisa mengangguk angguk saja tentang komentarnya adalah hal yang aku suka di jam istirahat.

“Kalian mau ke mana? Tumben tidak makan siang?” Aku yang menyapa Gracia dan Tata yang hendak keluar kelas. Merasa aneh saja mereka keluar kelas di jam istirahat kedua.

“Aku lupa masukkin kotak bekalku tadi pagi. Jadinya mau beli aja di kantin. Kalian ada menitip dibelikan sesuatu di kantin?”

“Engga. Lagian kita udah bawa bekal.”

Mereka berdua pun menuju kantin meninggalkan aku dan Dian yang sedang makan siang. Bekalku sudah tinggal setengah dari yang semula namun Gracia dan Tata belum juga kembali dari kantin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline