Penerapan Budaya Positif Di Sekolah
Diberbagai media sosial kita melihat maraknya kasus tawuran antar pelajar, kasus bulying yang semakin hari semakin memprihatinkan. Hal tersebut menunjukan lunturnya nilai-nilai pembiasaan positif dalam diri peserta didik.
Pembiasaan positif dilakukan bukan dari kesadaran hati untuk melaksanakan kebiasaan positif atau motivasi instrinsik dirinya akan tetapi karena berbagai faktor ekstrinsik seperti takut dihukum, takut karena ada guru, malu sama teman, atau mengharapkan hadiah dan penghargaan setelah melakukan pembiasaan. Pembiasaan positif tersebut jadinya hanya bersifat semu dan akhirnya ketika factor ekstrinsik tidak ada, pembiasaan positif pun ikut hilang .
Oleh sebab itu menjadi pekerjaan bersama kita sebagai seorang pendidik untuk menjadikan pembiasaan positif tumbuh dan tertanam secara sadar yang dilakukan secara konsisten oleh seluruh warga sekolah khususnya peserta didik. Pembiasaan positif tersebut terbentuk dari disiplin positif yang tujuan akhirnya terbiasa, tertanam dan terbentuk budaya sekolah. Budaya yang menjadikan kekhasan sekolah masing-masing. Budaya yang membedakan sekolah yang satu dengan yang lainnya.
Budaya positif sekolah tersebut bertujuan untuk membentuk profil pelajar Pancasila yang Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, Mandiri, Bernalar kritis, Kebinekaan global, Bergotong Royong, dan Kreatif.Budaya positif sekolah akan terwujud jika tertanam dan terbiasa dilakukan di dalam kelas maupun lingkungan sekolah dengan peran serta pendidik dan peserta didik sebagai aktor utama.
Penerapan Budaya positif yang sesuai dengan profil pelajar pancasila perlu adanya sinergitas seluruh unsur yang berkepentingan dalam pendidikan di sekolah . Langkah yang dapat dilakukan Agar budaya positif dapat terwujud dengan baik yaitu :
- Adanya dukungan dari seluruh warga sekolah (kepala sekolah, tenaga pendidik dan kependidikan, komite, masayarakat lingkungan sekolah serta pesera didik)
- Melakukan sosialisasi tentang filosofi pemikiran Ki hadjar Dewantara dan budaya positif di sekolah dengan rekan sejawat
- Membuat kesepakatan kelas
- Melakukan pembiasaan positif di lingkungan sekolah
Hasil Aksi nyata yang dilakukan di sekolah untuk mewujudkan terciptanya budaya positif di sekolah dimulai dari koordinasi dengan kepala sekolah untuk melaksanakan sosialisasi filosofi pemikiran Ki hadjar Dewantara dan budaya positif di sekolah
Setelah koordinasi dengan kepala sekolah dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi kepada rekan sejawat tentang filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan budaya positif di sekolah .
Tindakan Aksi nyata berikutnya adalah membuat kesepakatan kelas.
Proses pembuatan kesepakatan kelas terkadung penanaman nilai Mandiri, Bernalar kritis, Kebinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Setelah kesepakatan kelas disahkan dan disepakati oleh seluruh warga kelas selanjutnya guru membuat skenario proses pembelajaran yang dapat menumbukan nila-nilai profil pelajar pancasila. Seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran sebagai bentuk pananaman nilai Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Berkolaborasi dan berbagi dalam kelompok dalam memecahkan masalah yang disajikan guru untuk menumbuhkan nilai kemandirian, nalar kritis dan kreatifitas serta bagaimana nilai berkebinekaan global tertanan dalam diri peserta didik.
Dengan pembiasaan budaya positif yang dilakukan secara konsisten, pembelajaran di kelas menjadi lebih nyaman dan siswa termotivasi untuk melakukan pembiasaan yang positif sesuai dengan kesepakatan kelas yang telah dibuat bersama .