Islam memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama di Indonesia. Sejarah dan perkembangan Islam di Nusantara menggambarkan bagaimana agama ini berinteraksi dengan budaya lokal dan mempengaruhi berbagai aspek masyarakat. Melalui perdagangan jalur, Islam dikatakan telah tiba di Indonesia pada abad ketujuh. Para guru Muslim, terutama yang berasal dari Gujarat dan dunia Arab, menekankan pentingnya studi agama ini. Mereka berada di antara pelabuhan-pelabuhan seperti Barus, Malaka, dan Gresik, di mana penduduk setempat dan pedagang berinteraksi. Proses ini melibatkan tidak hanya pertukaran barang tetapi juga praktik keagamaan dan budaya, yang sering dilakukan melalui interaksi antara wanita lokal dan anggota pedagang Muslim. Salah satu tokoh ulama yang paling berpengaruh dalam sejarah Islam di Jawa adalah Wali Songo. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Islam, mereka menggunakan pendekatan yang lembut dan fleksibel terhadap budaya lokal. Mereka menggunakan seni, seperti wayang, sebagai metode pengajaran untuk menjelaskan ajaran Islam tanpa bertentangan dengan tradisi yang ada. (Imam Suprayogo, 2016)
Islam menyoroti perubahan signifikan dalam struktur sosial masyarakat. Sebelum penyebaran Islam, masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh sistem kasta agama Hindu-Buddha. Menurut hukum Islam, sistem kasta mulai pudar karena pendidikan Islam mendorong kepatuhan terhadap ajaran Tuhan. Selain itu, perpaduan antara budaya lokal dan pendidikan Islam telah menghasilkan tradisi baru dan menarik, seperti seni pertunjukan wayang yang didasarkan pada ajaran Islam Wali Songo di Jawa. Tidak hanya itu, tetapi pendidikan adalah salah satu fokus utama dalam studi Islam. Masjid dan pesantren didirikan sebagai tempat untuk mengajarkan Al-Qur'an dan studi Islam. Di sini, orang-orang diajarkan tidak hanya bagaimana menjadi baik tetapi juga prinsip-prinsip moral dan etika yang menjadi dasar bagi kehidupan sosial mereka. Namun jika kita mengkaji lebih dalam tentang Islam ada banyak peraturan ataupun hukum yang mana hal tesebut bertujuan untuk menuntun jalan hidup setiap manusia, karena bagaimanapun juga di setiap masyarakat pasti ada hukum dan sebaliknya hukum itu selalu berjalan dalam kehidupan bermasyarakat. Lalu jika kita berbelok kepada Islam, di Indonesia tentunya hukum Islam sangat diberlakukan walaupun tidak sepenuhnya hukum berkaitan dengan hukum Islam, namun di karenakan agama Islam adalah agama mayoritas maka dari itu masyarakat akan selalu terikat dengan hukum tersebut, terkecuali mereka yang non-Islam. Namun tidak setiap hukum adalah manfat, ada juga beberapa hukum yang terkadang mendekatkan kepada ke madharatan di masyarakat. (Taufik. 1987)
Imam Al-Ghozali Berpendapat mengenai maslahat dalam kitab Al-Mustafa min 'ilm al-Ushul, yaitu segala hal yang berkaitan dengan tercapainya manfaat dan menolak mudarat, yang dalam artinya : "Adapun maslahat pada dasarnya berarti menarik manfat dan menolak mudarat, tetapi bukan itu yang kami maksudkan. Hal ini karena mengambil manfaat dan menolak madharat merupakan tujuan manusia dan merupakan kebaikan bagi manusia dalam mencapai tujuan mereka. yang kami maksudkan dengan maslahat, yaitu memelihara tujuan syara'/hukum Islam. Tujuan syara' itu ada lima, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan (ada yang menyatakan keturunan dan kehormatan), dan harta mereka. Setiap yang mengandung upaya yang memelihara kelima prinsif ini disebut maslahat, dan setiap yang menghilangkn kelima prinsif ini disebut mafsadat atau madarat dan menolaknya disebut maslahat." Menurut Imam Al-Ghozali, mafsadah ialah segala hal yang memberikan dampak terhadap terhapusnya (sebagian atau keseluruhan) tujuan syariah. Mashlahat mencangkup dua unsur, yaitu mewujudkan sesuatu agar memiliki manfaat dan menghindari dari berbagai hal yang berdampak buruk. Apabila terdapat peristiwa yang di tetapkan oleh hukum, tetapi tidak ada satupun nash (Al-Quran dan hadist) yang dapat dijadikan dasar, digunakan pendekatan kemaslahatan atau al-maslahah al-mursalah. (Saebani, 2024:303)
Setiap manusia tentunya memiliki tujuan hidupnya masing - masing, berbeda pendapat artinya adalah anugerah dalam agama Islam, Islam saat ini memainkan peran penting dalam masyarakat Indonesia, baik dalam konteks sosial, politik, maupun ekonomi. Sebagai catatan, Islam di Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap politik, terutama pada kehidupan pemilu. Organisasi dan partai politik berbasis Islam secara aktif bekerja untuk menegakkan hak-hak umat Muslim. Seperti yang terjadi baru-baru ini dalam konteks Pemilu 2024, diharapkan bahwa politik Islamis dapat mendukung proses demokrasi dengan mempromosikan pluralitas dan saling menghormati. Hal ini penting untuk memastikan bahwa suara umat Muslim diwakili secara adil dan konstruktif dalam sistem politik nasional. Ketika membahas isu-isu kontemporer, moderasi sangat penting bagi umat Muslim Indonesia. Tujuan dari hal ini adalah untuk mempromosikan toleransi, kerukunan antarumat yang beragam, dan toleransi ekstrem. Kementerian Agama menekankan pentingnya pemahaman aritmetika untuk mengembangkan kohesi sosial dan perdamaian, "Toleransi berarti tidak memaksa beribadah sesuai agama Islam, namun membiarkan agama lain menjalankan ibadah sesuai ajarannya." (QS. Yunus: 40-41) (Yusuf. 1999)
Tidak hanya itu, tetapi Islam juga berkontribusi dalam bidang ekonomi melalui organisasi keuangan syariah yang mendukung usaha kecil, menengah, dan mikro (UMKM). Dengan menyediakan akses ke permodalan yang sesuai syariah, organisasi-organisasi ini membantu meningkatkan daya beli masyarakat umum.
Sampai kapanpun Islam akan selalu menuntun kehidupan bermasyarakat, seperti yang telah di paparkan dalam tulisan di atas, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna di muka bumi, mereka yang berkeyakinan selalu mendapakan apa yang mereka butuhkan, maka Islam adalah jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H