Lihat ke Halaman Asli

Mahmudi Fukumoto, Pemuda Tulungagung yang Sukses di Jepang, Berbagi Kisah di Korea

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13980569071566501393

[caption id="attachment_332600" align="aligncenter" width="480" caption="Mahmudi Fukumoto saat berbagi kisah dengan gaya bicaranya yang polos dan spontan"][/caption]

“Tidak apa muka ndeso, yang penting rejeki kota”, demikian celoteh Mahmudi Fukumoto, pengusaha Indonesia yang sukses merintis usaha di Jepang, saat memberikan motivasi kepada lebih dari 200 tenaga kerja Indonesia (TKI) di Korea. Kontan ucapan polos Mahmudi tersebut disambut riuhan tawa para peserta yang menghadiri kegiatan Business Matching, yang diselenggarakan oleh Korea Network Solution (KNS) di Ansan, Korea Selatan, Minggu tanggal 20 April 2012. Business Matching merupakan kegiatan seminar yang mempertemukan antara TKI atau masyarakat Indonesia di perantauan, dengan beberapa pengusaha waralaba (franchisor). Tujuan dari acara ini adalah agar tercipta hubungan bisnis antara peserta, khususnya TKI, dengan para franchisor. Business Matching di Korea mengadopsi kegiatan serupa yang sukses dilakukan di Jepang, yang diprakarsai oleh Kensushei Network Solution (KNS), sebuah yayasan yang didirikan Keihin Group Co, Ltd, perusahaan milik Mahmudi Fukumoto. KNS Korea merupakan cabang dari KNS Jepang, yang dibentuk dengan tujuan memberdayakan TKI di Korea, sama halnya dengan KNS Jepang.

Dalam kesempatannya, kepada para peserta Mahmudi menceritakan ide awal didirikannya KNS Jepang, yaknisebagai wujud kepedulian sosial perusahaan Keihin Group yang dipimpinnya, terhadap nasib para pekerja Indonesia (kensushei), sekembalinya mereka ke Indonesia pasca berakirnya kontrak kerja di Jepang. Fakta yang terjadi selama ini, banyak kensushei sekembalinya ke Indonesia harus hidup prihatin lagi, setelah uang tabungan dari hasil bekerja selama di Jepang habis.Uang tabungan yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta tersebut tidak dapat dimanfaatkan dalam kegiatan yang produktif, justru sebaliknya malah dihabiskan ke hal yang konsumtif. Melihat apa yang terjadi selama ini, Mahmudi tergerak untuk mencoba memberikan solusi kepada para kensushei dengan mendirikan yayasan KNS.

Dari dua kali kegiatan business matching yang dilakukan di Jepang, Mahmudi mengemukakan bahwa terdapat belasan kensushei yang telah menandatangani kontrak kerjasama dengan franchisor. Kesuksesan di Jepang inilah yang ingin ditularkan Mahmudi kepada para TKI di Korea. Bagi orang yang baru ingin merintis usaha dan tidak memiliki pengalaman, maka menurut Mahmudi bisnis franchise dapat menjadi salah satu opsi yang tepat bagi para TKI.

Untuk membangkitkan semangat kewirausahaan peserta business matching, Mahmudi menceritakan perjuangan hidupnya yang bermula dari seorang pemuda biasa yang berasal dari sebuah desa di Tulungagung, hingga menjadi pengusaha sukses di negeri sakura. Di akhir ceritanya, Mahmudi yang pernah menjadi pembicara dalam acara Diaspora Indonesia ini berpesan, bahwa dalam merintis usaha/pekerjaan, kita akan menjumpai berbagai kendala dan keterbatasan, namun kita akan bisa mengatasinya dengan terus mencoba dan mencoba.

Pada kegiatan business matching kali ini, KNS mengundang dua orang pimpinan perusahaan franchise yang sukses di Indonesia, yakni Hendy Setiono (pemilik Kebab Baba Rafi Indonesia), dan Agung Nugroho (CEO Simply Fresh Laundry). Acara diawali dengan pembukaan oleh pejabat KBRI Seoul, yang kemudian dilanjutkan dengan presentasi singkat Detty H. Agustono (Kepala Perwakilan Bank Indonesia untuk Asia Timur), dan Firman Wibowo (Divisi Internasional BNI), sebagai pengantar seminar.

Dalam presentasinya, Hendy Setiono menceritakan bagaimana perjuangan dirinya merintis bisnis kebab baba rafi, yang saat ini telah memiliki outlet lebih dari 1101 outlet, dengan jumlah pekerja mencapai lebih dari 1.900 orang. Hebatnya lagi, outlet kebab baba rafi bukan hanya ada di Indonesia, melainkan sudah merambah ke 7 negara, diantaranya Malaysia, Brunei, Filipina, dan Cina. Bahkan sebentar lagi outlet di Belanda akan beroperasi. Sementara pada kesempatan terpisah, Agung Nugroho mengisahkan perjalanan hidupnya dalam membangun usaha Simply Fresh Laundry. Dari yang bermula hanya sebuah toko kecil dengan modal awal hasil menggadaikan motornya, kini Agung Nugroho telah membuka lebih dari 200 outlet yang tersebar dari Aceh sampai Papua, dan memperkerjakan lebih dari 1.000 orang karyawan.

Sehari sebelumnya kegiatan serupa juga diadakan di Busan, yang dihadiri oleh lebih dari 180 orang. Banyaknya jumlah peserta yang hadir pada business matching di Busan dan Ansan tersebut, menunjukkan tingginya semangat para TKI untuk bisa menjadi wirausahawan sepulangnya ke Indonesia. Keseriusan mereka juga terlihat dari jumlah TKI yang langsung bersedia menandatangani kontrak kerjasama dan melakukan penyetoran awal untuk modal kerjasama. Dari data KNS Korea, tercatat 31 orang telah menandatangani kontrak kerjasama dengan Kebab Baba Rafi, sementara 20 orang lainnya menjadi mitra (franchisee) Simply Fresh Laundry. Total nilai kerjasama keseluruhan mencapai Rp 3,1 miliar.

Semoga dengan semakin meningkatnya jumlah wirausahawan, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dari pekerja menjadi pengusaha, BISA !!!!

[caption id="attachment_332601" align="aligncenter" width="480" caption="Sekitar dua ratusan TKI di Korea memadati Ansan Jumin Centre, Korea Selatan"]

1398057040219172134

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline