Pertumbuhan dan perkembangan anak memang dimulai sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Pertumbuhan lebih merujuk pada aspek fisik seperti tinggi dan berat badan, sedangkan perkembangan mencakup aspek kognitif (berpikir dan belajar), motorik (gerakan dan koordinasi), serta kemampuan memecahkan masalah. Pola asuh yang tepat sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
Pentingnya Pola Asuh yang Tepat
Pola asuh anak dapat diterapkan sejak bayi dilahirkan, bahkan sejak dalam kandungan. Salah satu aspek penting dalam pola asuh adalah stimulasi verbal, seperti sering mengajak bayi berbicara. Meski bayi tampaknya belum memahami kata-kata, berbicara dengan mereka sangat bermanfaat. Otak bayi memiliki ribuan neuron yang berfungsi untuk menerima input sensorik, mengirimkan perintah motorik, dan mengatur komunikasi antar sel saraf. Stimulasi yang sering akan membantu perkembangan motorik, kognitif, dan kemampuan bahasa anak.
Namun, perkembangan neuron melambat seiring bertambahnya usia, dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Jika stimulasi verbal dan motorik kurang, perkembangan bahasa anak dapat terhambat, salah satunya anak mungkin belum bisa berbicara meskipun seharusnya sudah memasuki tahap tersebut.
Kasus Keterlambatan Berbicara pada Anak
Terkadang, kesalahan pola asuh orang tua berkontribusi terhadap keterlambatan berbicara pada anak. Banyak orang tua sibuk dengan aktivitas mereka sendiri sehingga kurang memberikan perhatian kepada anak, baik dari aspek kognitif maupun motorik. Salah satu penyebab keterlambatan berbicara adalah kurangnya interaksi verbal antara orang tua dan anak. Bayi mungkin tidak mengerti secara penuh kata-kata yang diucapkan, tetapi otak mereka merespons suara dan bahasa yang mereka dengar, membantu pembentukan koneksi saraf yang penting untuk perkembangan bicara.
Terapi yang Disarankan:
Salah satu terapi yang efektif untuk merangsang perkembangan motorik dan berbicara adalah melatih anak untuk merangkak. Aktivitas merangkak tidak hanya memperkuat otot, tetapi juga merangsang otak untuk berkoordinasi dengan tubuh, yang sangat bermanfaat bagi perkembangan sensorik dan motorik anak.
Pengaruh Gadget dan Pola Asuh
Kasus lain yang sering dijumpai adalah pola asuh yang kurang tepat di mana orang tua memberikan gadget kepada anak sebagai pengganti perhatian. Terlalu sering terpapar gadget dapat memberikan dampak negatif, seperti kecanduan dan gangguan pada kemampuan sosial dan kognitif anak. Anak yang terlalu banyak menggunakan gadget bisa menjadi kurang peka terhadap interaksi sosial, dan kesulitan berbicara atau berkomunikasi dengan baik.
Solusi yang Disarankan:
1. Batasi Penggunaan Gadget: Orang tua bisa menerapkan batasan waktu penggunaan gadget, misalnya 3-4 jam sehari dengan pengawasan.
2. Negosiasi dan Kesepakatan: Anak tetap boleh menggunakan gadget, namun dengan aturan yang jelas. Berikan penjelasan yang sesuai dengan usia anak tentang pentingnya mengatur waktu bermain gadget.
3. Menghindari Larangan yang Keras: Terlalu sering melarang anak dengan kata "tidak boleh" justru dapat memicu rasa penasaran dan keinginan untuk melakukannya secara diam-diam.
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk pola asuh. Orang tua harus lebih aktif dalam berinteraksi dengan anak, memberikan stimulus yang tepat, serta mengawasi penggunaan teknologi. Membatasi, namun tidak sepenuhnya melarang, adalah pendekatan yang seimbang dalam membesarkan anak di era modern ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H