Sebelum adanya konsep dan teori Ekonomi klasik modern Liberal dan Kapitalis yang dikemukakan oleh Adam Smith, pada awalnya perekonomian Britania dan Eropa kontinental dari abad ke-16 hingga abad ke-19 menganut sistem Merkantilisme (Mercantilism) yang menggantikan sistem ekonomi feodal. Merkantilisme merupakan sebuah sistem perekonomian tradisional yang dimana perekonomian disetiap negara itu diperuntukkan untuk memperkaya negara tersebut dan membuatnya menjadi kuat konser Internasional pada saat itu. Hal ini sehingga membuat Merkantilisme itu seakan terlihat sebagai nasionalisme ekonomi karena ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan suatu negara tertentu saja yang menimbulkan adanya persaingan antar negara yang terlibat cenderung sangat sengit dan bahkan mengarah ke Armed Confrontation untuk meraih keuntungan yang setinggi-tingginya demi National Interest
Merkantalisme menganggap bahwa arus kekayaan itu bersifat statis sehingga negara-negara perlu untuk segera sebanyak mungkin memperkaya diri mereka. Oleh karena itu mengapa banyak negara itu di Eropa, termasuk Britania pada saat itu memperbesar ekspor mereka ke negara lain sambil juga membatasi impor yang membatasi Impor yang masuk. Hal ini dikarenakan ekspor dapat menambah kekayaan sementara impor dapat mengurangi kekayaan dan kekayaan (wealth abundance) yang dimaksud ini adalah emas dan silver yang jumlahnya sangat terbatas. Selain itu, tarif dagang juga memiliki kontribusi penting dalam Merkantilisme karena dapat memengaruhi pola perdagangan antar negara. Akibat hal tersebutlah yang mengapa terjadi banyak perang antar negara untuk memperkaya diri dengan menghambat perdagangan negara lain yang cenderung dilakukan di laut antar Navies negara-negara Eropa, seperti antara Britania Raya dengan Belanda
Namun ketika kekayaan dalam bentuk emas dan silver ini menipis, negara-negara Eropa mulai mengalihkan mata mereka diluar Eropa, Asia dan Amerika. Namun, setelah penemuan the new world oleh Columbus yaitu benua Amerika, banyak emas yang mengalir dari Amerika Latin ke Portugal dan Spanyol yang menjadi Global Superpower pada saat itu. Hal ini menyebabkan Britania, Prancis, dan Belanda untuk melihat ke tempat lain yakni Amerika Utara, Karibia, India, dan Asia Tenggara. Disinilah terbentuk koloni-koloni yang pada awalnya berdiri di Amerika Utara dan Karibia dengan adanya French Canada dan British Thirteen Colonies. Namun singkat cerita, Perang dan Revolusi menghambat perdagangan sehingga pada akhirnya mereka mengalihkan perhatian ke Asia Tenggara dan India
Disinilah awal berdirinya East India Company, disingkat EIC yang dibuat oleh kelompok pedagang dan penjelajah dari Britania yang dipelopori oleh the Adventurers digabung oleh Royal Charter atas izin Ratu Elizabeth I. Mereka diberikan hak dan izin otomi untuk melakukan perdagangan demi kepentingan anggota-anggotanya di Asia Tenggara. Dan untuk menjamin hal ini, EIC diberi proteksi dan imunitas oleh Pemerintah, the Crown dan Parlemen agar dapat menjalankan fungsi perdagangan dengan lancar. Namun hal ini tidak berarti bahwa Pemerintah kecuali untuk urusan domestik, akan ikut campur dalam urusan EIC di luar Britania meskipun nantinya Pemerintah memutar balik perkataan mereka demi menjaga kelangsugan EIC ketika mengalami kondisi yang tidak menguntungkan terutama setelah melihat EIC dilemahkan oleh monopoli perdagangan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) Belanda di Nusantara
Selain diberi jaminan oleh Pemerintah, EIC juga membeli peralatan perang yang meliputi senapan, meriam, dan kapal perang untuk melindungi aktivitas mereka di India. Untuk tentara dan awak kapal, EIC pada awalnya merekrut orang-orang bayaran (mercenary) bukan hanya dari Britania dan Irlandia tetapi juga dari negara-negara Eropa yang memiliki afiliasi yang kuat dengan Britania Raya. Namun, seiring dengan menjadi mahalnya mereka, EIC juga mulai merekrut orang-orang lokal untuk menjadi tentara EIC yang dikenal dengan Sepoy dari India untuk memperkuat kekuatan mereka di Asia. Dan seperti yang dikatakan sebelumnya pada kasus-kasus tertentu, Pemerintah Britania jugaa ikut campur dengan mengirimkan pasukan dari British Army dan armada dari Royal Navy untuk melindungi kepentingan EIC. Dengan kekuatan militeristik tersebut, EIC dapat menjalankan perdagangan di India yang cenderung menghasilkan hasil yang sangat favorable bagi EIC dan Britania dalam one sided negotiation yang cenderung memonopoli perdagangan
Dengan melakukan monopoli perdagangan di India dan melancarkan perang atas dagang dengan Dinasti Qing Tiongkok, kekayaan EIC dapat terus-menerus bertambah. Hasil-hasil eksploitasi tersebut bertujuan untuk segala kepentingan EIC di India seperti pembangunan infrastruktur di India dan perekrutan tentara Sepoy untuk membantu berjalanya fungsi EIC di Asia. Perang Opium terhadap Dinasti Qing atas konsesi pelabuhan untuk perdagangan dengan pedagang asing di titik ketika keuangan Britania Raya tidak cukup untuk mengimpor komoditas yang sangat populer di kalangan masyarakat Britania Raya yaitu the dan EIC mempunyai hutang yang cukup tinggi kepada Pemerintah. Dengan menjual opium ke pembeli-pembeli di Tiongkok yang diproduksi oleh EIC di India setelah kegagalan produksi kapas, teh dapat dibeli kembali dalam harga yang menguntungkan bagi Britania dan hutang EIC dapat dilunaskan. Namun, setelah pemberontakkan sepoy 1857, EIC terguncang
Namun bagaimanakah Britania Raya dapat mengambil keuntungan dari EIC ketika EIC itu sendiri diberikan otonomi untuk kepentingan anggotanya? Meskipun EIC diberi otonomi oleh Pemerintah, EIC tidak lepas dari Pemerintah Britania Raya. Disinilah Merkantilisme Britania terlihat yang dimana EIC selain untuk memenuhi kepentingan anggota juga memerlukan dagang dengan Britania Raya itu sendiri. Jadi hasil eksploitasi yang EIC keruk dari India dan dapatkan dari perang melawan Dinasti Qing perlu untuk didagangkan ke Britania Raya dan produk-produk yang dibawa tersebut akan terkena tarif oleh Pemerintah yang cenderung cukup tinggi. Sebaliknya juga, EIC perlu untuk membeli perlengkapan-perlengkapan perang yang berasal dari pabrik-pabrik, naval yards, dan ordnances yang berada di Britania Raya dan tentunya perlengkapan perang itu tidak murah dan keuangan EIC berhamburan masuk ke kas birokrasi dan militer Britania
EIC pada akhirnya menjadi agen untuk proyek imperialisme Britania di India dan pemerkaya Britania Raya itu sendiri. Dengan EIC menjalankan perang di India untuk mengkonsolidasikan kontrol dan monopoli perdaganganya di India, perlengkapan perang dan bantuan militer langsung dari pusat menjadi hutang EIC kepada Pemerintahan Britania. Dihadapan the Crown, status EIC sama dengan seluruh subjek kekuasaan dibawah Raja atau Ratu yang berkuasa. EIC perlu membayar hutang ke Pusat dan berdagang dengan Britania dan Eropa yang cenderung ketika produk-produk tersebut masuk ke Eropa, harga produk-produk tersebut akan menjadi murah. Beda dengan dimana mereka melakukan perdagangan dengan bangsawan-bangsawan India setelah penguasaan Bengal dan pedagang-pedagang Tiongkok setelah Perang Opium yang dimana EIC mendapatkan harga yang favorable