Lihat ke Halaman Asli

Andesna Nanda

TERVERIFIKASI

You Are What You Read

Berikut Alasan Mengatur Energi Lebih Penting dari Mengatur Waktu

Diperbarui: 4 Mei 2022   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels 

Kamu pernah dengar istilah proscrastination? Dalam satu definisi sederhana yang coba saya rujuk, proscrastination adalah kebiasaan menunda-nunda tugas atau pekerjaan dengan berbagai macam alasan.

Ada yang menunda dengan sengaja dan ada yang tidak sengaja, yang tren sekarang adalah sengaja untuk tidak sengaja alias menunda sesuatu pekerjaan karena menunggu yang lebih menantang.

Jika kamu pernah mengalaminya dan bahkan melakukannya, artinya kamu masih normal dan tentunya bagi saya hal tersebut merupakan pilihan masing-masing individu.

Kalau kamu memilih menunda artinya saya asumsikan kamu tahu konsekuensi dari hal tersebut dan sebaliknya.

Tapi, saya mempunyai opini berbeda mengenai proscrastination ini, yaitu kita sebenarnya menunda-nunda bukan karena kita memang ingin menunda, namun lebih ke arah kita tidak mempunyai energi lagi untuk menyelesaikan hal yang tertunda tersebut.

Misalnya, kita terkesan menunda-nunda tugas untuk membuat laporan penting bukan karena kita memang ingin menunda, tapi karena energi kita telah habis untuk melakukan pekerjaan lain mulai dari yang tidak penting sampai dengan sangat tidak penting.

Argumentasinya adalah jika kita bicara dalam konteks pekerjaan, tentunya menyangkut nafkah hidup. Saya yakin tidak ada satu pun dari kita yang ingin membuang begitu saja nafkah yang sudah kita jalani.

Sebagai manusia normal, saya yakin kita semua ingin punya prestasi, punya sejarah yang baik untuk bisa diberikan dan dikontribusikan.

Namun, sekali lagi kebiasaan menunda-nunda ini muncul karena energi kita sudah habis termakan hal-hal lainnya.

Dengan premis tersebut, saya ingin mengatakan bahwa adagium yang mengatakan pentingnya mengatur waktu menjadi usang dan tidak relevan lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline