Lihat ke Halaman Asli

Andesna Nanda

TERVERIFIKASI

You Are What You Read

Rahasia Tersembunyi dari Keinginan untuk Selalu Sempurna

Diperbarui: 18 Maret 2022   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels 

Pernahkah kamu melakukan kesalahan di depan publik yang menurut kamu itu sangat memalukan? Misalnya kamu salah mengucapkan kalimat dalam Bahasa Inggris dengan pengucapan yang benar di saat presentasi di depan publik, kemudian karena sangat malunya atas kesalahan tersebut kamu lantas depresi dan stres karena memikirkan apa kata dunia dan kamu berpikir apakah lantas kamu dianggap tidak kompeten, pernah?

Padahal sebenarnya kesalahan tersebut malahan membuat kamu di mata publik menjadi lebih manusiawi dan bahkan di beberapa kasus berbalik menjadi favorit.

Jika pernah artinya kamu mengalami satu hal yang dalam ilmu behavioral economics disebut dengan The Pratfall Effect (TPE).

TPE ini bisa membuat kesalahan kita menjadi malahan disukai banyak orang alih-alih dibenci. Namun perlu diingat bahwa TPE ini mempunyai syarat dan kondisi yaitu hanya bermanfaat jika kita dari awal sudah dipandang kompeten.

Jika sebelumnya memang kita dianggap belum kompeten maka TPE ini tidak akan muncul dan yang akan terjadi adalah kita kemungkinan akan dihujat dan dicaci atas kesalahan tersebut.

Alasan Memahami TPE Ini Penting

Secara definisi TPE adalah suatu kondisi ketika seseorang yang sebelumnya sudah dianggap kompeten oleh publik melakukan kesalahan yang memalukan malah menjadi lebih populer dari sebelumnya.

Hal ini menjadi suatu fenomena yang sangat menarik karena sudah banyak sekali contohnya, baik contoh yang menjadi lebih populer atau sebaliknya. Sangat tergantung posisi awal seseorang tersebut ketika melakukan kesalahan.

Menyalin laman Brescia University, TPE ini sebenarnya ingin menjelaskan bahwa orang-orang yang kita anggap sempurna dan kompeten sebenarnya juga bisa melakukan kesalahan seperti layaknya manusia lain.

Mereka juga sama tidak sempurnanya dengan kita, atau dengan kata lain ketika kita memahami TPE ini maka arti pentingnya adalah tidak ada gunanya kita mengultuskan seseorang atau memuja bak dewa yang sempurna.

TPE ini pertama kali dipelajari oleh Elliot Aronson, seorang psikolog sosial, di medio 1966.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline