Pernahkah kamu merasa ketika akan menghadapi satu persoalan yang sebenarnya mudah tapi rasa percaya diri kamu rendah?
Atau sebaliknya rasa percaya diri kamu meluap-luap ketika menghadapi masalah yang rumit. Pernah?
Sebagai contoh misalnya, kamu akan mengambil satu ujian yang terdiri dari ujian praktek dan ujian tulis. Seharusnya ujian praktek pasti lebih sulit.
Ujian praktek membutuhkan skill dan pengetahuan secara bersamaan, sedangkan ujian tulis hanya membutuhkan pengetahuan. Tapi ternyata rasa percaya diri kamu begitu tinggi ketika ujian praktek dan begitu rendah ketika ujian tulis. Pernah?
Contoh lain misalnya, kamu sudah terbiasa memesan makanan secara daring, ketika kamu terpaksa hanya memasak makanan sederhana pasti kamu akan merasa itu hal yang sulit sekali. Pernah?
Saya pernah. Begini ceritanya, 3 tahun yang lalu saya sedang menghadapi proses sertifikasi penting dalam karir saya. Proses sertifikasi tersebut terdiri dari praktek menggunakan Microsoft Excel dan ujian tulis berupa teori.
Ujian praktek menggunakan Microsoft Excel harusnya merupakan ujian tersulit dibandingkan dengan dengan ujian tulis berupa teori.
Seharusnya rasa percaya diri saya lebih tinggi ketika menghadapi ujian tulis. Namun entah kenapa rasa percaya diri saya malah rendah di ujian tulis.
Rasa percaya diri saya begitu meluap-luap di ujian praktek. Ketika hasil ujian sertifikasi tersebut diumumkan, ternyata benar nilai hasil ujian praktek saya lebih tinggi.
Setelah ikut ujian praktek ulangan.....
Jika kamu pernah mengalami hal-hal di atas atau hal yang saya alami, maka kamu mengalami satu hal yang di dalam behavioral science disebut dengan Hard-Easy Effect.