Lihat ke Halaman Asli

Badai Petaka

Diperbarui: 22 November 2019   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Sore itu matahari terlihat malu menampakkan wajahnya. Langit biru terlihat kusam tanpa cahayanya. Senja yang biasanya memamerkan keelokan sinarnya lenyap tak terlihat. Sepertinya badai akan segera turun. Ku urungkan niatku untuk pergi ke hulu sungai Kapuas. Pikiranku tertuju pada Rio sahabat kecilku yang ingin kutemui hari ini. Namun, langit enggan bersahabat denganku, pertemuan yang telah lama ku nantikan harus terhalang oleh badai yang tak kunjung berhenti.

Aku melamun  diambang pintu berharap hujan segera berhenti. Kecemasan mulai menghantui pikiranku, tatkala melihat hujan turun dengan derasnya. Aku dan Rio telah membuat janji seminggu yang lalu untuk bertemu hari ini pukul 3 sore, saat ini jam telah menunjukkan pukul 15:30, namun sialnya hujan tak kunjung berhenti. Aku takut Rio kehujanan  menungguku  disana.

***

"Kring-Kring-kring" (suara bel sepeda). 

Lamunanku buyar seketika mendengar suara bel sepeda yang melintas di depan rumahku. Aku pun bergegas menuju sumber suara .

"Stop!!! maaf kek kemana kakek ingin pergi?" tanyaku

"saye hendak pergi ke Hulu Sungai nak" jawab kakek

" bolehkah aku titipkan pesan untuk seseorang yang menungguku dihulu sungai?" pintaku

"Ya, pesan apa itu nak?"tanya kakek

"Beritahu padanya, untuk menungguku hingga hujan reda"

"baiklah nak" jawab kakek

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline