Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19

Diperbarui: 30 Juni 2021   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hingga saat ini wabah penyakit yang dapat mengancam kesehatan di seluruh dunia belum juga berakhir di Indonesia. Wabah ini disebabkan oleh Corona Virus Disease (COVID-19) atau yang lebih umum dikenal dengan nama virus corona. Pada mulanya, virus corona ini pertama kali muncul pada akhir tahun 2019 di Kota Wuhan, China.  Virus ini bisa menjangkit kepada siapa saja, mulai dari balita, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga orang yang telah lanjut usia. Virus ini dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan ringan pada sistem pernafasan, kemudian infeksi paru-paru yang berat, hingga yang paling mengerikan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan serius. Yang membuat virus corona ini menjadi wabah dikarenakan virus ini dapat menular sangat cepat. Bahkan dalam beberapa bulan saja virus corona ini sudah menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan dunia (World Health Organization) atau WHO menetapkan wabah virus corona ini sebagai pandemi global.

Seiring dengan berjalannya waktu jumlah korban yang terjangkit virus corona mengalami peningkatan yang tinggi dan sangat signifikan. Bahkan sampai hari ini pun, yang mana sudah setahun lebih virus corona hadir di muka bumi, jumlah korban dan angka kematian masih terus saja bertambah. Virus corona ini sekarang justru malah semakin ganas dengan bermutasi dan menimbulkan beragam varian baru, seperti varian alpha yang berasal dari Inggris, varian Beta dari afrika selatan, varian gamma dari Brasil, varian delta dari India, dan masih banyak varian lainnya dengan gejala-gejala yang lebih kompleks.

Dengan adanya virus corona ini memberikan efek pengaruh yang sangat besar dan merubah banyak tatanan-tatanan yang sudah ada sebelumnya, baik dalam sektor ekonomi, sosial, budaya, pariwisata hingga sektor pendidikan. Hampir seluruh metode pembelajaran di Indonesia saat ini menggunakan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sesuai dengan arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19). Sudah setahun pandemi virus corona berlangsung ini, pendidikan di Indonesia menggunakan metode pembelajaran jarak jauh sebagai jalan tengah dalam upaya mengurangi penularan virus corona.

Metode pembelajaran jarak jauh merupakan suatu metode pembelajaran yang dilaksanakan tanpa tatap muka dan dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai perantaranya. Menurut Bl et al., (2017) pembelajaran jarak jauh memungkinkan adanya interaksi melalui web walaupun mereka berada di tempat yang saling berjauhan. Oleh karena itu, pembelajaran jarak jauh ini juga dinilai sebagai salah satu upaya dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media atau perantara dalam proses pembelajaran. Hal ini merupakan sebuah tantangan untuk menguji seberapa maju pendidikan Indonesia, karena dalam pembelajaran jarak jauh didominasi oleh penggunaan teknologi digital seperti laptop dan gadget.

Pembelajaran jarak jauh mempunyai berbagai tantangan, antara lain tenaga pendidik haruslah melek teknologi dan harus dapat menggunakan berbagai fasilitas teknologi digital seperti zoom, google meet, google classroom, rumah belajar, whatsapp, dan lain sebagainya secara bervariasi agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan cenderung membosankan. Pembelajaran jarak jauh juga mengharuskan peserta didik untuk lebih mengolah dan mencermati setiap materi serta harus lebih aktif dalam memperoleh pemahaman agar dapat menguasai materi yang diberikan, walaupun lokasi pendidik dan peserta didik berbeda pada saat pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran jarak jauh memiliki kelebihan dalam proses pembelajaran seperti menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan mereka pun akan lebih mudah untuk mengutarakan argumen dan gagasannya karena pembelajarannya tanpa tatap muka membuat mereka tidak merasa gugup atau canggung. Pembelajaran jarak jauh juga menumbuhkan kemandirian seperti belajar mengatur waktu, belajar lebih disiplin, mengatur maupun mempertahankan motivasi untuk terus belajar.

Pembelajaran jarak jauh juga dinilai lebih santai dan praktis. Praktis karena pelaksanaan pembelajaran lebih fleksibel. Artinya bisa dilaksanakan dimanapun dan kapanpun, jadi pemberian tugas dan pengumpulan tugas dapat lebih menyesuaikan dengan keadaan. Jika peserta didik berada diluar rumah, mereka tetap bisa mengakses dan menyesuaikan untuk dapat mengikuti pembelajaran. Penyampaian materi lebih cepat dan dapat menjangkau lebih banyak orang. Dengan menggunakan google form, juga dinilai lebih praktis karena nilai dapat langsung diketahui sehingga memunculkan ketertarikan peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan, selain itu juga perserta didik lebih mudah dalam mengerjakannya.

Dalam konteks pembelajaran, perlu dilihat dan dipertimbangkan seberapa efektifnya metode yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.  Menurut Hidayat (1986) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Efektivitas merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai tujuan dengan tepat dan baik (Devung, 1988:25).

Salah satu yang menjadi indikator efektivitas belajar adalah tercapainya sebuah tujuan pembelajaran. Jika tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal, maka bisa dikatakan pembelajaran itu efektif namun jika tujuan pembelajaran menunjukan pencapaian yang kurang maksimal, maka bisa dikatakan pembelajaran itu belum mencapai efektivitasnya. Keefektifan pembelajaran juga haruslah ditinjau dari aspek proses dan sarana-sarana penunjang, tidak hanya dari aspek prestasi dan pemahaman peserta didik saja. Ciri-ciri keefektifan program pembelajaran adalah berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan, memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional dan memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar (Rohmawati, 2015).

Di dalam pelaksanaanya pembelajaran jarak jauh bukanlah tanpa hambatan. Banyak persoalan-persoalan yang menghambat tercapainya efektivitas pembelajaran jarak jauh. Beberapa persoalan-persoalan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka adalah sebagai berikut :

  • Materi yang diajarkan dalam pembelajaran, belum tentu bisa dipahami dengan baik oleh semua peserta didik. Karena file yang diberikan dalam bentuk power point dan ebook yang membuat peserta didik cenderung menyepelekan dan menganggap remeh, sehingga kurang mencermati isi materinya.
  • Tenaga pendidik kurang menguasai teknologi digital. Masih banyak tenaga pendidik yang gaptek atau gagap teknologi. Mereka tidak mampu mengoperasikan gadget, laptop, dan aplikasi-aplikasi pembelajaran. Hal ini tentunya membuat kinerja tenaga pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran kurang maksimal.
  • Keterbatasan kontrol tenaga pendidik dalam mengawasi peserta didiknya saat berlangsungnya pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh memang merupakan sebuah solusi dan jalan tengah yang diambil ditengah kondisi pandemi covid-19. Namun saat pembelajaran berlangsung tenaga pendidik kurang dapat mengontrol atau mengawasi sikap dan kehadiran peserta didik secara menyeluruh. Melalui platform digital seperti zoom, banyak dari peserta didik yang mematikan kameranya dan mengabaikan pembelajaran yang sedang berlangsung.  

Dari sisi peserta didik persoalan dan hambatan yang dialami selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh antara lain :

  • Pembelajaran jarak jauh membuat peserta didik mudah merasa jenuh dan bosan. Hal ini sangatlah wajar karena dalam pembelajaran tatap muka, peserta didik bisa berinteraksi, berkomunikasi, bercanda, dan bermain bersama teman-temannya untuk mengurangi kejenuhan, namun lain hal dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, peserta didik tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan teman-temannya dan hanya dapat menghadap laptop atau gadget saja.
  • Akses internet yang masih kurang merata. Banyak peserta didik yang tinggal di daerah yang memiliki keterbatasan dalam mengakses jaringan internet, seperti di pelosok-pelosok desa dengan letak geografis yang kurang memungkinkan untuk mendapatkan jaringan internet yang stabil. Dengan kondisi demikian membuat mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal.
  • Peserta didik kurang memahami materi pembelajaran. Hal ini tentu juga sangat wajar dialami oleh peserta didik di pembelajaran jarak jauh ini, karena dalam pembelajaran jarak jauh mereka cenderung mudah bosan, sehingga menyebabkan rasa menyepelekan dan mengganggap remeh pembelajaran itu muncul. Belum lagi permasalahan internet dan kuota untuk mengakses yang semakin membuat peserta didik kurang memahami materi pembelajaran.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline