Mungkin kebanyakan masyarakat Indonesia tak terlalu peduli dengan sampah yang kebanyakan orang mersa jijik dengan sampah yang bau dan kotor. Tapi sadarkah siapa yang membuang sampah itu sehingga bisa terlihat jijik. Pengertian sampah itu sendiri adalah sisa suatu usaha atau kegiatan manusia yang berwujud padat, baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan.
Atau mungkin karena kita sudah merasa membayar pajak untuk pekerja kebersihan sehingga kita bisa bebas membuang sampah tidak pada tempatnya. Terlalu tak logis kalau alasan itu yang digunakan untuk membuang sampah sembarangan, mungkin dahulu awalnya sampah tak terlalu mengkhawatirkan tetapi lama-kelamaan sampah mulai menumpuk dan mulai menyebabkan beberapa masalah.
Mulai dari rusaknya lingkungan, bencana Banjir, maupun timbul penyakit-penyakit berbahaya seperti Demam Berdarah (DBD) dan Malaria. Ini semua disebabkan karena sampah yang tak terurus dengan baik. Tentu kita tak bisa membiarkan masalah ini terus berlarut-larut dan tiap tahun menimbulkan korban jiwa akibat sampah.
Setiap musim penghujan datang, mulailah timbul masalah-masalah sampah ini. Diawali dengan banjir yang akan menghantui warga ibukota Jakarta karena mendapatkan air kiriman dari Bogor, ketika sampai di Jakarta air itu tidak mengalir ke laut karena tertahan oleh sampah sehingga menyebabkan banjir. Pada tahun 2014 ini saja jumlah warga Jakarta yang mengungsi akibat banjir mencapai jumlah 9.438 jiwa yang terbagi dari 4 daerah Jakarta yaitu Barat, Timur, Selatan, dan Utara.
Di Indonesia kasus DBD pun mengalami peningkatan tiap tahunnya, World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 2,5 miliar orang dari 2/5 populasi dunia saat ini beresiko terinfeksi virus dengue. Dan di Indonesia sendiri pada tahun 2008 tercatat 117.830 kasus dengan 953 kematian, tahun 2010 tercatat 156.086 kasus dengan 1.358 kematian.
Semua bencana ini bukan disebabkan oleh alam tapi manusia sendiri lah yang tak bisa menjaga alam dengan baik, ketika penggusuran lahan hijau dimana-mana dan digantikan dengan gedung-gedung pencakar langit, pinggiran sungai tertutupi perumahan warga dan seenaknya membuang sampah di sungai, dan menutup gorong-gorong dengan semen untuk dijadikan lahan parkir.
Pemprov DKI sendiri telah mengalokasikan anggaran Rp 1,3 triliun untuk dinas kebersihan. Sebagian besar dana itu dipakai untuk pengangkutan dan pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah. Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengklaim sampah di DKI Jakarta yang diangkut ke Bantargebang berkisar 6.000-6.500 ton per hari
Lalu salah siapakah semua ini, pemerintah atau masyarakat ?. tentu ini salah kita semua dan kita pula lah yang betanggung jawab untuk memperbaikinya agar semua nyaman dan indah untuk dihuni maupun dipandang. Sudah mulai banyak muncul organisasi-oraganisa pencinta lingkungan dan program yang bertujuan membersihkan lingkungan baik itu program pemerintah maupun non pemerintah.
Semua masalah ini dapat teratasi dengan cara melakukan gerakan memungut sampah, terkadang perspektif orang-orang lah yang salah yang beranggapan yang terpenting adalah asalkan jangan rumah saya yang kotor. Tentu itu sangat disayangkan sekali.
Tetapi semua itu dapat diatasi dengan melakukan pergerakan yang nyata yang mungkin bisa diawali dengan tokoh-tokoh yang berpengaruh, presiden sekalipun untuk mulai melakukan pergerakan Indonesia Memungut sampah serta mengajak para koleganya di lingkungan masyarakat kumuh sehingga warga tergugah hatinya untuk bergerak. Tentu ini bukan proses yang instan karena untuk menggugah hati seseorang tidak lah gampang tapi bukan pula hal yang mustahil.
Masyrakat pun harus mulai kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mulai melakukan pergerakan nyata akan inginnya lingkungan yang bersih dan sehat. Jangan gensi memungut sampah, bukankah sejak kecil kita diberitahu bahwa menjaga kebersihan adalah sebagian daripada iman. Kasihan generasi selanjutnya kalau diwarisi dengan tumpukan sampah kalau bukan sekarang kapan lagi, ini lah saatnya tunjukan aksimu.
Oleh : Nanda Wiradhika, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H