Lihat ke Halaman Asli

Pemilih Cerdas, Cerdas Memilih

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Etika dan moralitas yang merosot, korupsi, nepotisme, membolos rapat, hingga perilaku yang mementingkan kelompoknya, menjadi wajah nyata sebagian politisi (sebagian wakil rakyat) negara kita. Wajar saja bila sikap skeptis dan apatis publik semakin menyeruak menjelang pemilu 2014 mendatang.

Berpijak pada fakta yang ada dan yang kita rasa, kita tentu berharap pemilu 2014 akan menghasilkan wakil-wakil dan pemimpin rakyat yang jauh lebih baik lagi, yang benar-benar bekerja untuk kepentingan negara dan rakyatnya diatas kepentingan yang lainnya, yang benar-benar menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat! Yaitu pribadi-pribadi yang benar-benar menyuarakan aspirasi rakyat.

Untuk mewujudkan harapan itu, sangat dibutuhkan kecermatan, kejujuran, kecerdasan dan pemahaman yang tepat dari rakyat sebagai pemilih sekaligus penentu utama dalam pesta demokrasi nanti. Rakyat sebagai pemilih yang cerdas tentu akan menjadi kunci perubahan progress bagi para legislator kita.

Parpol dan Perekrutan Caleg

Pemilihan Umum tentu tidak akan bisa lepas dari peran partai politik (parpol). Parpol merupakan salah satu pilar demokrasi yang menjadi tempat “pembentukan” para politisi yang akan menduduki jabatan publik/politis.

Berpijak pada fakta yang ada, hampir semua jabatan publik/politis ditentukan oleh (orang-orang) parpol. Jadi, dapat dikatakan bahwa kualitas parpol, sangat menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan (negara) kita.

Begitu pula dalam konteks pemilu atau pemilihan anggota legislatif.Individu-individu yang terpilih sebagai caleg dalam pemilu tentu telah “disiapkan” dan “disaring” lebih dulu pada level parpol. Namun, apakah parpol-parpol yang ada sudah menyiapkan dan menyaring caleg-caleg yang terbaik untuk kelak menjadi wakil rakyat?

Berpijak pada pengalaman mengikuti berita dari berbagai media yang ada, sayangnya parpol relatif belum menyiapkan dan menyaring caleg-nya sesuai dengan harapan kita. Sebagian parpol cenderung masih menyiapkan kaderisasi secara instan.

Realitasnya, menjelang pemilu, parpol seringkali merekrut kader secara “mendadak”, yaitu merekrut mereka yang dinilai mempunyai popularitas tinggi, seperti artis/pesohor, atau tokoh-tokoh masyarakat tertentu yang tentu dikenal masyarakat dan memiliki elektabilitas tinggi, serta tak ketinggalan, tentunya memiliki modal uang. Namun, kita tentu tetap tidak boleh menutup mata. Dari hasil “perekrutan” tersebut, tentu ada beberapa “pesohor” yang memang berkompeten dan layak menjadi caleg.

Disisi lain, sejumlah parpol juga ada yang menggelar perekrutan bakal caleg secara terbuka. Mereka berdalih, individu-individu yang mendaftar telah diseleksi secara ketat dan telah memenuhi syarat sebagai seorang legislator.

Secara umum, landasan utama yang digunakan dalam perekrutan tersebut antara lain dilihat dari tingkat pendidikan si calon. Mereka percaya bahwa tingkat pendidikan dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat kapasitas, integritas dan moralitas serta penentu kualitas. Namun, kita tentu berhak bertanya, apakah ukuran-ukuran yang digunakan parpol dalam perekrutan instan itu sudah dapat menjamin kapasitas, integritas, moralitas dan kualitas si calon? bagamaina dengan pemahaman dan pengalamannya di dunia perpolitikan dan sosial kemasyarakatan?. Hal itu juga tentu perlu kita perhatikan.

Dengan kondisi seperti itu, kita mungkin (masih hanya) bisa berharap munculnya caleg-caleg yang benar-benar berkompeten dan berkualitas di “pesta rakyat” 2014 kelak.

Pemilih Cerdas, Cerdas Memilih

Berbagai kenyataan miris yang ada tentu tak boleh mengurangi semangat dan optimisme kita untuk ikut menyukseskan pemilu 2014. Justru sebaliknya, kita semua harus menjadikan ini sebagai cambuk motivasi untuk memperbaiki kualitas pejabat publik/politik dan kualitas demokrasi kita secara keseluruhan.

Untuk itu, rakyat tentu harus menjadi pemilih cerdas yang cerdas memilih wakil-wakil dan pemimpinnya pada pemilu kelak. Jika bisa menjadi pemilih cerdas yang cerdas memilih, pemilu 2014 atau pemilihan demokratis lainnya tentu dapat menjadi momentum yang secara umum dapat memperbaiki kualitas pejabat publik/politik dan demokrasi kita secara keseluruhan.

Sejak awal dan dari sekarang, dengan memanfaatkan media massa, badan pemerintah yang terkait, serta berbagai fasilitas lainnya yang dapat dimanfaatkan, rakyat/kita semua sebaiknya harus mencermati tokoh-tokoh dan partai-partai yang nantinya akan memimpin atau mewakili aspirasi kita.

Rakyat harus mencermati kapasitas, integritas, moralitas, kualitas dan profesionalismenya, serta berbagai syarat yang dinilai harus melekat pada individu sebagai wakil atau pemimpin rakyat.

Untuk mewujudkannya, rakyat harus bersikap jujur! jujur menilai segala yang perlu dinilai. Rakyat dan suaranya tidak boleh “terbeli” oleh popularitas, uang, serta berbagai manipulasi politik lainnya.

Selain itu, rakyat juga harus ikut mengawasi berlangsungnya proses pemilu. Karena bagaimanapun juga, pemilu adalah pesta demokrasi kita, pesta rakyat, pesta demokrasi yang harus berjalan demokratis dengan berlandaskan pada asas demokrasi: dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline