BRICS merupakan singkatan dari lima negara besar yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Kelima negara ini memiliki ekonomi yang berkembang pesat dan dianggap sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia.
BRICS telah mengeksplorasi ide untuk menciptakan sebuah mata uang bersama sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan memperkuat posisi mereka di pasar global.
Pada tahun 2010, BRICS menyetujui untuk membentuk bank pembangunan baru dan cadangan keuangan bersama, yang kemudian disebut sebagai New Development Bank (NDB) dan Cadangan Kontingensi Keuangan (CCK). Sejak saat itu, beberapa pengamat telah mempertanyakan apakah BRICS dapat memperkenalkan mata uang bersama dan apa konsekuensi dari hal tersebut.
Bagi Amerika Serikat, tentunya pembentukan mata uang BRICS akan memiliki dampak besar terhadap posisi dolar AS sebagai mata uang dunia yang dominan.
Dolar AS saat ini digunakan sebagai mata uang cadangan oleh banyak negara di seluruh dunia dan digunakan dalam perdagangan internasional. Jika mata uang BRICS menjadi kenyataan, negara-negara di seluruh dunia mungkin mulai mengurangi penggunaan dolar AS sebagai mata uang cadangan mereka. Ini akan mengurangi permintaan untuk dolar AS, yang pada gilirannya dapat menurunkan nilainya terhadap mata uang lain.
Namun, Sejak pengumuman proposal mata uang BRICS, AS telah mengecam rencana tersebut dan menyatakan bahwa itu tidak akan berhasil. beberapa ahli ekonomi pun meragukan kemungkinan terwujudnya mata uang BRICS. Meskipun kelima negara tersebut memiliki ekonomi yang besar dan berkembang pesat, mereka memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kebijakan ekonomi, politik, dan sosial.
Selain itu, para ahli juga menyebutkan bahwa pembentukan mata uang bersama akan membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan kerja sama yang kuat dan berkelanjutan antara kelima negara.
Konsep mata uang BRICS hingga saat ini belum ada kemajuan yang signifikan dalam implementasi rencana tersebut.
Karena seperti apa yang AS utarakan, ada banyak tantangan dan keraguan terkait dengan ide mata uang BRICS ini. Tidak bisa kita tutupi fakta bahwa negara-negara BRICS memiliki ekonomi yang sangat berbeda satu sama lain, dengan tingkat inflasi, suku bunga, dan faktor lainnya yang berbeda. Hal ini dapat menyulitkan dalam merancang kebijakan moneter yang cocok untuk semua negara anggota.
Selain itu, masing-masing negara anggota BRICS memiliki kepentingan dan agenda politik yang berbeda-beda, yang dapat menyulitkan dalam mencapai kesepakatan tentang implementasi mata uang bersama. Begitu pula, penggunaan mata uang bersama dapat menimbulkan tantangan bagi pemerintah dan bank sentral dalam mengelola inflasi dan pertumbuhan ekonomi, serta dapat mempengaruhi stabilitas keuangan dan kebijakan fiskal di masing-masing negara anggota