Jakarta - Saat ini Dunia sudah memasuki era industri baru, Industri 4.0. Teknologi di seluruh Dunia telah mengalami perkembangan pesat dalam jangka waktu satu abad terakhir. Perkembangan teknologi beragam mulai dari mesin industri, robot, hingga peralatan-peralatan elektronik yang memudahkan kegiatan manusia sehari-hari. Pemakaian mesin dalam pabrik dan industri di Indonesia sudah semakin tampak. Contohnya, PT Toyota Manufacturing Indonesia yang merupakan perusahaan luar negeri menjadi salah satu produsen mesin yang menjangkau pabrik di Indonesia bahkan hingga kembali ke luar negeri. Pemakaian mesin dalam pabrik terbukti membawakan dampak positif terhadap perekonomian negara Indonesia. Menurut Menteri Perindustrian Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan,
Sektor industri manufaktur konsisten menjadi penggerak perekonomian Nasional. Pada tahun 2021, total ekspor mencapai USD 160 miliar sebagai 76,51% dari ekspor total Nasional.
Hal ini membuktikan adanya kaitan penggunaan teknologi dalam sektor industri dengan meningkatnya pendapatan nasional.
Sektor industri merupakan salah satu contoh dimana pemakaian teknologi telah berdampak positif bila diperhatikan dari perspektif keuangan. Adanya sektor lainnya yang sudah mengintegrasikan teknologi dalam kinerjanya sehari-hari. Contohnya adalah dalam bidang transportasi di Indonesia, pendidikan, hingga sektor UMKM yang terlihat meningkatnya kegiatan jual-beli barang secara online.
Walau demikian, pemakaian teknologi di pabrik justru mulai menggantikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada dalamnya. Indeks Modal Manusia atau Human Capital Index (HCL) Indonesia bila dibandingkan negara lain sangat tertinggal jauh. Hal tersebut berarti keterampilan dan bekal yang dimiliki mayoritas SDM belum memiliki standar tinggi. Akibatnya, banyak perusahaan yang merasa bahwa mengurangi tenaga kerja manusia menjadi solusi yang efektif dalam efisiensi kegiatan ekonomi itu sendiri.
Perkembangan zaman saat ini telah datang jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Masa depan yang telah digambarkan oleh manusia sudah tiba berpuluh-puluh tahun lebih awal dengan adanya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence. Menurut kusumawardani, kecerdasan buatan adalah suatu studi untuk membuat komputer bisa melakukan tindakan seperti yang dilakukan oleh manusia, sehingga nantinya bisa menggantikan manusia. Kecerdasan buatan saat ini memiliki beragam dengan banyak tujuannya yang berbeda-beda.
Artificial Intelligence memiliki perkembangan yang sangat pesat. Berbagai perusahaan-perusahaan teknologi terbentuk, salah satunya yaitu Open AI. Open AI merupakan perusahaan berbasis teknologi oleh Sam Altman dan Elon Musk, terutama dalam upaya pengembangan Kecerdasan Buatan. Saat ini, tidak asing dengan istilah Chat GPT yang sedang marak di kalangan muda. Chat GPT adalah suatu chatbot atau robot komunikasi berbasis Kecerdasan Buatan tersebut, dengan nama lengkap Generative Pre-Trained Transformer . Saat ini, penggunaan layanan tersebut mengalami peningkatan yang signifikan.
Chat GPT membawakan banyak kemudahan bagi manusia, dengan kemampuannya mampu membalas percakapan sebagaimana seorang manusia akan lakukan. Tetapi dengan pengetahuannya yang luas, timbul suatu masalah yang besar dalam pemakaiannya. Sebuah penelitian dilakukan di Amerika Serikat, dimana AI tersebut digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kualifikasi Kedokteran. Sebuah penyadaran yang mengkhawatirkan bahwa Kecerdasan Buatan saat ini memiliki kemampuan yang jauh tak terbanding dengan manusia biasa. Masalah yang timbul adalah bagaimana masa depan sumber daya manusia yang bisa tergantikan sepenuhnya oleh teknologi?