Onggok kayu merapuh kau jadikan sandaran, di mana letak sisi hati bermain?
Menghinakan diri, bagaikan debu tak berharga sepicing mata.
Debu tetaplah debu yang mengotori permukaan, kamu memandangku hanya untaian usang
Mampukah embun menghapuskan butiran debu, sementara hujan berkisah jemu
Kadangkala rasa sayang terkalahkan oleh ego yang mendasari diri
Ia muncul tak punya hati
Ia buta manakala tak melihat
Ia lupa ada hati yang peka terabaikan
Sosok raga tak patut menjadi panutan
Harusnya rasa syukur tak terhingga masih dapat menghirup udara segar tanpa batas