Lihat ke Halaman Asli

Nanda Nuriyana SSiTMKM

Praktisi dan Akademisi

Muhasabah Diri

Diperbarui: 10 Januari 2023   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Saat kamu menjadi pesakitan harus lebih bersabar diri, semoga rasa sakit itu menjadi ujian awal menuju fitrah, hingga berguguran dosa-dosamu. Badai pasti berlalu walaupun harus menunggu entah sampai kapan. Yakinilah, kesabaran itu tidak akan pernah merugi, akan ada hadiah indah menantimu. Hanya orang orang kuat yang mampu menjalani ujian kesabaran tingkat tinggi.

Ketika di timpa musibah ucapkanlah innalillahi wa inna ilaihi rajiun, semua kita akan kembali pada-Nya. Menyikapi suatu musibah dengan sikap positif akan memperkuat iman seseorang. Nikmatilah rasa pedihmu meskipun tidak sesuai dengan harapan, maka bersyukurlah! Bukankah di balik kesulitan akan ada kemudahan. Yakinilah, janji Allah itu pasti.

Di sini penulis akan menjabarkan kisah yang mungkin terjadi tidak secara kebetulan, melainkan sebuah pembelajaran diri berupa teguran keras. Kisah ini terjadi di waktu lalu, mengingatkan kita tentang muhasabah diri atas segala kealpaan. Penulis akan merangkum menjadi tiga bagian kisah yang berbeda, dengan makna yang serupa.  Begini ceritanya, kala itu malam lebaran kedua aku bergegas menyiapkan makan malam sekeluarga, tanpa sengaja menjatuhkan sebuah mangkok besar berbahan indo keramik, saat mengambil beberapa piring yang tersimpan di dalam rak. 

Gedubrak, pyaarr, priingg.

"Waduuhh ...!" erangku kesakitan.

Benda jatuh dari ketinggian satu meter telah mengenai tepat sasaran. Jempol kakiku menjadi korban dan terasa sakitnya bukan main, ya Allah.

Jujur, aku belum pernah merasakan nyeri seperti ini, hingga rasanya mengaing ngaing seperti anjing yang di lempar gagang besi sama tetangga. Spontan, seisi rumah kebingungan melihat atraksi luar biasa, lantas si anak mengambil baskom berisikan air hangat buat mengompres kaki. Namun, tiada mempan sedikitpun, rasa sakit ini seperti mau melepaskan nyawa di ujung tanduk.

Tak berdaya, aku langsung saja minum obat-obatan pereda sakit walaupun nyeri agak berkurang, cukuplah menenangkan diri sejenak. Sementara, dentang jam pun sudah menunjukkan angka 03.00 wib menandakan bahwa puncaknya seisi rumah sedang tertidur pulas. Aku bolak balik merebahkan raga ini untuk mengistirahatkan jiwa yang semakin.penat. 

Fajar telah menyingsing, tapi netra ini belum sempat terpejam jua. Namun, rasa ngilu perlahan berkurang seiring rebahan, kedua kelopak ini lamat-lamat menutup juga hingga rasa nyeri pun hilang sejenak. Aku terpekur merefleksikan kejadian tak menyenangkan itu, apakah pertanda teguran dari-Mu ya Allah. Aku mohon perlindungan-Mu ya Rabb, akhirnya sakitku berakhir di meja operasi dengan traksi kuku dan pembersihan luka. Sangat jelas terlihat jempol yang pecah mengeluarkan darah dan bernanah manakala aku bertahan dengan perawatan sederhana di rumah. 

Itu berkat advice seorang teman yang berprofesi sebagai dokter, ia menyarankan tindakan cabut kuku untuk mencegah terjadinya pembusukan, bahkan ia memberi gambaran pada kasus ini jangan sampai luka meluas dan berujung amputasi. Kengerian yang tak dapat di tawar lagi, hingga membuatku langsung mengurus administasi masuk ke IGD rumah sakit dan tak terbayangkan jika terlambat mengambil tindakan mungkin jempolku tak tertolong. Aku masih beruntung diberi kesempatan oleh-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline