Lihat ke Halaman Asli

Nanda Nuriyana SSiTMKM

Praktisi dan Akademisi

Ibu dan Sepenggal Kisah yang Terabaikan

Diperbarui: 29 Desember 2021   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Berbicara tentang kebohongan adalah salah satu tanda gejala munafik. Namun, seorang ibu paling banyak menyimpan sejuta kebohongan kisah dalam hidupnya. Ibarat sebuah lilin membakar diri untuk menerangi yang lain, oh, ibu! pengorbananmu tiada tergantikan.

Perilaku ini adalah untuk menyelamatkan marwah suami dan anaknya, mungkin tidak ada yang setuju bila ada seorang ibu melakukan tindakan merendahkan diri seperti ini demi melindungi keluarganya.

Naluri seorang ibu berbicara, mengalahkan filsafat di dunia nyata.  Adapun kisah pengalaman kebohongan itu, sudah author rangkum dari beberapa sumber. Yuk, disimak kejadian yang pernah dialami oleh beberapa para ibu.

1. Ketika anak-anak mengajak jalan-jalan, sementara uang belanja di dompet sudah menjerit pas-pasan. Si anak terus merengek makan di luar dan dengan terpaksa si ibu memenuhi keinginan anaknya layaknya power of kepepet.

"Ma, adek pengen makan bakso," Si kecil nggak sabaran lagi. Aroma bakso meleleh liurku. Namun, aku masih sanggup bertahan mengingat kepentingan anak- anak yang lebih utama. Sementara, aku bisa makan bakso di lain waktu, lagian emak-emak nggak sehat makan berlemak hiburku sedikit alay.

Tetiba baksonya datang, tiga mangkok untuk tiga orang anak. Mereka sangat sumringah banget, dapat melahap bakso dengan cita rasa sepuasnya. Aku cuma kebagian aroma bakso dan tidak sedikitpun pengen menyicipinya. Walaupun berharap dalam hati andainya anak-anak menyisakan buatku, bahkan kalau ada yang meninggalin kuahnya. 

"Mah, makan yuk," ajak anakku dengan semangatnya. Kita sepiring berdua Ma, si kecilku menawari. Namun, aku masih mengelak sedemikian rupa.

 "Nggak apa apa, Nak!" sanggahku berkelit. Mama, lagi pantangan makan bakso, takut kolestrolnya naik. Hhmm,... si ibu mulai menolak secara halus.. Intinya seorang ibu rela mengenyampingkan kepentingannya demi anak-anaknya.

Menurut penulis, pada usia anak-anak perlu diajarkan indahnya berbagi dan kebersamaan. Hal ini untuk mengikis rasa ego yang akan bertumbuh kembang dengan pesat. Tiada salahnya sang ibu menerima tawaran anak-anaknya untuk sekedar menyicipi, penting untuk melatih kepekaan si anak dan empati terhadap orang lain.

2. Seorang ibu jangan disakiti hatinya. Barang-barang koleksi yang dia cintai harus dijaga dan terawat dengan baik, jangan main banting atau kasar. Ibu akan mudah tersinggung dan sensitif perasaannya.

Kejadian itu entah sengaja atau tidak di saat membereskan bunga kristal kesayangan ibu penuh kenangan. Waktu itu pas menjelang lebaran, tanpa merasa bersalah si anak mematahkan bunga-bunga kristal antik, berawal dari pot kristal lalu berlanjut hingga bunga-bunganya pecah berkeping-keping, ambyar! Hatiku remuk seiring pecahan kristal yang akan menusuk jemariku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline