Tanggal 8 September hanya segelintir orang yang mengenal bahwasannya tanggal tersebut The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mendeklarasikan bahwa tanggal 8 September diperingati Hari Literasi Internasional.
Peringatan ini memiliki maksud bahwa budaya literasi harus di terapkan dan menjadi kebutuhan setiap orang. Literasi sesungguhnya mengembangkan karakter pada setiap manusia dan menselaraskan pada wajah pendidikan. Mendepankan mutu minat baca, menjadikan suatu hal yang Urgent bagi para generasi muda sehingga dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas pendidikan Indonesia.
Kualitas literasi harus dijadikan proses pengembangan jiwa karakter agar mampu menciptakan generasi pencetus perubahan bangsa yang lebih meningkatkan mutu masyarakat yang Progresif, Kompetitif dan Inovatif.
Karakter literasi sejauh ini masih belum menjiwai dalam diri masyarakat terutama generasi muda tidak dapat dipungkiri Indonesia menyabet peringkat dengan indeks membaca yang sangat rendah padahal generasi muda dapat menjadi Agent Of Change (Agen Perubahan) untuk bangsanya sendiri dengan literasi. Pada dasarnya setiap bangsa menginginkan pola pendidikan dapat menghasil output pada generasi-generasi yang mampu menciptakan pembaharuan terhadap bangsa sendiri.
Kondisi yang memprihatikan jikalau para generasi sudah mulai tergerus akan jiwa-jiwa nasionalisme sehingga lemahnya jiwa untuk membangun bangsa. Pendidikan sebagai kunci sarana penyaluran edukasi kepada siswa/mahasiswa, pengembangan edukasi juga tidak hanya bertumpu pada pengajar saja namun pada diri masing-masing siswa/mahasiswa dalam mencari ilmu salah satunya dengan literasi.
Keterpurukan karakter dan moral itu seharusnya menjadi tonggak para generasi muda untuk memperbaikinya. Penanaman jiwa-jiwa literasi menjadi teracuhkan yang berdampak kurangnya mengetahui kondisi bangsa sendiri.
Literasi memiliki makna yang besar bagi orang-orang yang mempu memanfaatkan dan mempergunakannya menjadi hal yang urgent. Indonesia, sangat menyedihkan melihat bangsa yang semakin lemah dalam mengedepankan budaya literasi.
Bangsa membutuhkan generasi-generasi yang memiliki pemikiran yang visioner. Seorang visioner yang mampu terus-menerus berfikir, berinovasi dan kompetitif atas pembaharuan untuk menjadi lebih progresif meningalkan keterpurukan serta kelemahan daya pikir itu menjadi jalan yang dapat dilalui dengan literasi.
Seorang tokoh pahlawan Bung Hatta pernah berucap yang sangat bermakna "Aku rela di penjara asalkan bersama buku, maka aku bebas". Masih banyak lagi pahlawan yang memiliki jiwa literasi yang sangat karakteristik engan pemikiran yang visioner.
Namun seiringnya perkembangan jaman semakin lama jiwa dan karakter literasi mulai luntur. Hal tersebut bisa jadi kemungkinan timbul karena maraknya orang teralihkan dalam situs sosial media. Seakan-akan di era sekarang ini social media menjadi kebutuhan pokok. Fenomena tersebut menjadi terabaikan terhadap literasi sehingga insan-insan sekarang mudah sekali terprovokasi dan terseret dalam berita hoax.
Tidak dapat dipungkiri pihak-pihak penguna semakin lemah kesadaran literasi dan lebih memajukan dalam melayani situs-situs berlabel Hoax dan situs tidak memiliki dampak yang signifikan sehingga mudah terprovokasi yang sesungguhnya hasilnya hampa.