Lihat ke Halaman Asli

Bunaken Terkenal, Bunaken (masih) Sepi

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/image/bunaken2.jpg

Wah... Manado benar-benar tumplek blek! Beberapa pekan ini, saya kembali merasakan panasnya suhu udara di tempat tinggal saya. Sebelumnya, kondisi serupa juga pernah saya alami ketika Indonesia juga menjadi tempat tuan rumah Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference/WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, di Manado, 11-15 Mei 2009. Meski kamar saya sudah menggunakan kipas angin pasca-WOC, tapi kali ini, saya benar-benar merasakan padatnya kota Manado di saat penyelenggaraan "Sail Bunaken". Ini tulisan soal keluhan? Tentu tidak. Saya mau mencoba mencermati agenda Sail Bunaken dari kacamata efektifitas penyelamatan dan pelestarian terumbu karang Bunaken. Puncak kegiatan Sail Bunaken, bisa jadi ketika Kapal induk Amerika Serikat (AS), USS George Washington, menyemarakkan "event" internasional Sail Bunaken, di Teluk Manado. Kapal induk itu dijadwalkan mengirimkan sejumlah pesawat tempur pada Sailing dan Flying Pass pada 19 Agustus 2009. Bahkan beberapa pesawat tempur milik AS tersebut, di antaranya empat unit F-18 Hornet, satu pesawat E AG dan pesawat E2C yang merupakan pesawat intai marinir, sudah melakukan latihan (cek rute) di Teluk Manado. Nah, mungkin inilah yang mambuat langit Manado menderu-deru dalam beberapa hari terakhir. Agenda lainnya tak kalah menarik. Usai beribadah ke gereja jam 6 pagi, saya menyempatkan diri berkunjung arah Malalayang Manado. Pantai wisata ini ramainya bukan main, karena ribuan penyelam dilibatkan dalam pemecahan rekor dunia dengan catatan waktu 31 menit. Rekor ini masuk Guinnes Book Record ! Hebatnya lagi, upacara peringatan detik-detik Proklamasi Ke-64 tahun RI di bawah laut Perairan Manado, diikuti marinir asing dari Australia, Inggris dan Filipina. Kegiatan tersebut direspon luar biasa, karena mereka senang bisa datang di Manado, sebuah kota yang indah, bahkan ikut dalam upacara di bawah air, sebagai sebuah kejutan. Selain marinir asing, peserta upacara itu juga diikuti mahasiswa dari Manado dan seluruh club selam di Nusantara serta Angkatan laut (AL), Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), Kepolisian Republik Indonesia, maupun masyarakat umum.

Adakah Manfaat "Sail Bunaken"?

Sail Bunaken yang melibatkan puluhan negara lengkap dengan kapal perang dan kapal layar, merupakan event maritim terbesar abad 21 yang digelar di perairan Manado dan Bitung, 12-20 Agustus 2009. Sail Bunaken juga merupakan momentum untuk memulihkan citra Indonesia, karena event maritim terbesar di dunia sukses digelar di Manado. Kegiatan Sail Bunaken dengan mengagendakan Sailing dan Flying Pass berbagai kapal dan pesawat perang, merupakan kegiatan yang jarang dilakukan di dunia. Provinsi Sulut mendapatkan momentum yang sangat prestisius dengan kegiatan itu, sehingga diharapkan masyarakat setempat mampu mendukung dan menyukseskan kegiatan itu. Tapi sayangnya, pelaksanaan International Sail Bunaken ternyata belum memberi dampak positif terhadap Taman Nasional Laut (TNL) Bunaken, karena hingga kini masih minim pengunjung. Relatif sedikitnya pengunjung memang semula disebabkan kekhawatiran TNL Bunaken berada pada lokasi steril yang akan dilewati parade kapal perang dan penyelaman, padahal lokasi diving di luar kawasan Sail Bunaken. Yang bikin kepala saya pusing, yakni munculnya berita "Awak Kapal Borong Kondom di Bitung" di kompas.com. Banyaknya peserta Sail Bunaken yang kebanyakan adalah awak kapal yang baru turun berlayar diduga membuat penjualan kondom di Bitung laku keras. Penjualan alat kontrasepsi pada salah satu pasar di Bitung laku keras dalam beberapa hari belakangan. Sayang sekali, momentum Sail Bunaken belum dimanfaatkan maksimal oleh pihak pengelola TNL Bunaken dan pemerintah. Padahal, idealnya, libur panjang 17 Agustus 2009 bisa dimanfaatkan secara komersial sebagai sumber pemasukan daerah. Dan tentunya, sumber pemasukan tersebut, harus diarahkan pada program penyelamatan dan pelestarian terumbu karang Bunaken. Atau minimal, terukirnya sejarah 'Sail Bunaken' diiringi dengan fungsi edukasi bagi anak-anak sekolah, tentang pentingnya menjaga alam bawah laut, di antaranya tidak membuang sampah sembarangan. Saya yakin, dengan adanya peran serta dunia pendidikan dalam mendukung pelestarian terumbu karang Bunaken, maka akan menumbuhkan rasa cinta kepada alam demi masa depan negeri ini. (Nancy Samola, aktivis Komunitas Lentera)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline