Lihat ke Halaman Asli

Rindu Kompas Anak

Diperbarui: 20 Juli 2016   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Minggu pagi, baru-baru ini. Mumpung lampu merah sedang menyala, saya menurunkan kaca mobil. "Pak, Pak, Kompas."

Seorang penjaja koran datang mendekat. Dengan sigap ia menyerahkan koran yang saya minta.

Anak saya langsung merebut Kompas di tangan saya. Cepat-cepat ia membuka halaman demi halaman.

"Cari apa? Kompas Anak?"

Ia mengangguk.

"Kan sudah tidak ada." Ya, Kompas Anak yang biasanya disisipkan dalam Kompas edisi Minggu, terakhir terbit tanggal 28 Februari yang silam. Karena saking semangat, anak saya lupa kalau Kompas Anak tidak ada lagi.

Sontak, anak saya protes, "Orang dewasa enggak peduli sama anak-anak." Dan ia pun cemberut..

Saya tersenyum kecut mendengar kesimpulannya. Pengambil keputusan penutupan Kompas Anak tentu orang dewasa. Apakah anak-anak sebagai target pembaca utama Kompas Anak pernah ditanyai pendapat tentang peran koran itu bagi mereka, kemungkinan besar, tidak. Kalau pun ditanya, mungkin loyalitas mereka tidak cukup kuat menandingi hasil hitungan bisnis.

Kompas Anak bukan media cetak pertama untuk anak yang ditutup. Sudah banyak media cetak anak lainnya yang tumbang terlebih dulu.

Apakah karena media anak minim iklan sehingga biaya produksi tinggi dikarenakan pemasangan iklan di media online daya jangkaunya kepada konsumen lebih cepat dan lebih luas?

Atau, karena jumlah pembeli semakin menurun lantaran kegiatan membeli media cetak anak tidak masuk daftar prioritas orangtua?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline