Lihat ke Halaman Asli

Nancy S Manalu

I am K-lover

Geliat Uang Elektronik

Diperbarui: 8 Maret 2022   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels

Perkembangan dunia teknologi saat ini menyebabkan penggunaan uang elektronik semakin marak dan tren digunakan terutama di kota-kota besar. 

Berdasarkan pengertian dari Bank Indonesia, uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik di mana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.

Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media yaitu server based dan berupa chip, dan untuk mengisi uang ini dilakukan top up terlebih dahulu. Top up ini pun relatif mudah dilakukan, bisa melalui fasilitas e-banking, ATM, maupun di beberapa store, franchise minimarket yang telah bekerjasama. 

Uang elektronik ini sendiri dapat digunakan untuk membayar keperluan terutama transaksi yang sifatnya lumayan sering kita lakukan, namun mungkin dalam nominal yang tidak terlalu besar, seperti pembayaran tol, parkir elektronik, pembayaran sarana transportasi, belanja di swalayan/supermarket yang bekerjasama dengan uang elektronik tersebut maupun belanja di e-commerce. 

Saya sendiri mempunyai tiga uang digital server based di smartphone, terutama saya gunakan untuk transaksi antar bank, mengisi pulsa dan token listrik dan online shopping. Ini pun dikarenakan biaya transfer yang Rp 0 dan biaya admin yang murah.

Kecanggihan dan kemudahan yang ditawarkan uang digital telah mengubah gaya hidup masyarakat di perkotaan umumnya menjadi lebih cashless. 

Sebenarnya perkembangan ini cukup baik, tapi di sisi lain kemudahan yang ditawarkan membuat kita menjadi lebih konsumtif alias boros, terutama untuk kaum hawa seperti saya. Godaan terbesar setiap menerima gaji bulanan adalah bagaimana saya mengontrol niat dari membeli barang yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan, misalnya saja beli baju, tas dan sepatu.

Okelah, masa pandemi ini masih membatasi ruang gerak kita untuk bepergian belanja, saya bahkan dalam tahun ini belum pernah ke mall, heheh. Namun, tidak bisa terhindar dari e -commerce yang berseliweran di sosial media, yang penting ada saldo di uang digital, ini yang sebenarnya membuat saya lebih menggila lagi. 

Awalnya penasaran atau sekedar cuci mata, klik sana-sini sambil rebahan, masukkan ke keranjang, tergoda, tinggal checkout, verifikasi di uang digital dan terkuraslah saldo. Untuk itu, perlunya penguasaan diri dan manajemen keuangan agar tidak kebablasan sehingga kita tidak terjebak dalam lingkaran kemudahan ini, seperti kembali ke perumpamaan kuno, tidak lebih besar pasak dari tiang.

Dalam laporan tahunan BI 2021, disebutkan transaksi uang elektronik pada 2021 diperkirakan mencapai Rp 40.000 triliun atau akan naik 41,2% secara tahunan (year on year).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline