Sunda salah suku kedua terbesar di Indonesia setelah suku Jawa. Lazimnya sebuah suku pasti memiliki nilai dan falsafah yang dianut oleh masyarakatnya. Satu dari sekian banyak falsafah orang Sunda terkait jenis hidup (dalam bahasa Sunda, Hirup).
Ada tiga jenis hirup dalam falsafah suku Sunda, yaitu:
1. Hirup cicing (Hidup tetapi diam). Hirup cicing ini melekat pada tumbuhan. Tumbuhan hidup tetapi diam. Ia hanya tumbuh. Ia hidup dengan baik ketika dipupuk, disiram, dan diurus dengan baik oleh manusia. Akhir perjalanan tumbuhan adalah menjadi bahan bakar. Jika manusia hanya hirup cicing, maka ujung-ujungnya sama seperti tumbuhah.
2. Hirup nyaring (Hidup dan bersuara). Hirup ini melekat pada hewan. Sapi misalnya, walau matanya merem, tetapi mulutnya mengunyah makanan dan sesekali-kali ia bersuara. Akhir perjalanan sapi setidaknya dimasak dalam ketel. Ketika manusia hanya bisa hirup nyaring, maka ujung-ujungnya nasib manusia seperti sapi.
3. Hirup eling (Hidup dan ingat). Hirup ini sejatinya harus melekat pada manusia. Manusia bukan hanya hidup tanpa semangat bekerja, hidup tanda berinteraksi, hidup tanpa beribadah, dan lain sebagainya. Tetapi manusia harus bisa hidup dengan hatinya selalu hidup (mengingat) Tuhan, Allah SWT.
Manusia yang senantiasa hatinya berdzikir kepada Allah, maka hidupnya tidak akan tersesat. Hidupnya akan senantiasa memberikan manfaat bagi yang lain. Dia tidak akan melakukan hal hal yang bertentangan dengan nilai, norma, dan maupun negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H