Lihat ke Halaman Asli

Nana Supriatna

Guru Pemerhati Pendidikan, Literasi dan Sastra

Dia, Cerita dan Cita-cita

Diperbarui: 29 Agustus 2022   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dia, Cerita dan Cita-cita

Tahun 1984 tepatnya Bulan Agustus, lahirlah seorang insan / anak cucu Adam, nama nya bukan Harum, Yana begitulah tetangga disekitar memanggilnya, menggelitik namun patut di ulik, karena dibalik kisah hidupnya penuh kiat yang membawa dia menjadi sosok yang punya kisah penuh dengan roman kehidupan yang mengharukan.

Tahapan demi tahapan kehidupan dia lalui secara tersamar seolah-olah tidak ada orientasi ke masa depan, tingkat demi tingkat pendidikan dia lalui dengan stop start bahkan jalan ditempat, namun dia pernah berucap cita-citaku adalah ingin menjadi seorang guru, dari mulutnya terucap dengan segala kepolosan pada masa itu.

Dia tidak pintar tapi lumayan dalam penilaian baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan. SD, SLTP Lulus, namun ada satu kisah dibalik dia untuk menjejakkan sekolah ke tingkat SLTA, bergelut dengan mulut kedua orang tua yang telah membesarkannya bukan melahirkannya, namun dia sayangi dan dia banggakkan hingga saat ini, dengan alasan tidak mampu untuk membiayai, diapun kalah dan putus sekolah.

Kemudian dia bekerja di salah satu Toko grosir kelontong disebuah pasar dengan harapan bisa mengumpulkan uang untuk dapat melanjutkan sekolah. Namun tidak kurang dari delapan bulan dia pun keluar, karena bergaul dengan orang dipasar harus siap fisik dan mental, karena hampir saja dia kehilangan nyawa karena sebuah kesalahfahaman dengan manusia tak bermoral. 

Diapun kemudian berangkat ke kota metropolitan mengadu nasib dengan satu tujuan tetap dapat mengumpulkan uang untuk dapat melanjutkan sekolah. Bulan demi bulan berlalu Tahun berganti, pada tahun ajaran baru berikutnya, tepatnya pada bulan ke enam tahun itu, dia lupa pulang ke kampung halaman hingga telat untuk dapat masuk sekolah lagi. 

Karena tidak melanjutkan sekolah pada tahun itu, diapun pergi lagi ke kota Bandung tepatnya Padalarang, dia bekerja kembali sebagai kernet angkutan kota, penunggu bengkel hingga bekerja disalah satu perusahaan penyedia barang rumah tangga dan elektronik dengan sistem pembayaran angsuran.

Dua tahun berhenti sekolah tak menyurutkan dia untuk tidak melanjutkan sekolah, tepatnya tahun jaran berikutnyapun tiba, dan dia bergegas pulang ke kampung halaman dan melanjutkan lagi sekolah dengan uang yang dia kumpulkan hingga dia lulus dengan nilai yang memuaskan.

Singkat cerita setelah lulus diapun pergi lagi ke kota hujan, tepatnya kota Bogor, dan diapun mencari dan mencari sosok yang melahirkan dia yang selama 21 tahun tidak pernah tahu wajahnya seperti apa, umi begitu dia memanggilnya, beliau dengan beribu alasan mengutarakan kenapa dia diberikan kepada orang lain, semua demi kebaikan anaknya sendiri, pemikiran beliau mungkin kalau dia tumbuh besar dan berkembang dengan nya, mungkin dia tidak akan lulus sekolah tingkat SD pun seperti kakak perempuannya, tanpa beliau tahu bahwa sesungguhnya tinggal dengan orang lainpun tidak semudah dan seindah apa yang diinginkan dan diimpikannya.

Petualangan tidak berhenti disitu, dia bekerja dari tukang sapu jalan, rongsokkan, pedagang goreng ayam hingga dia melamar jadi sales marketing disebuah perusahaan retail di kota Bogor disalah satu Mall dekat Kebun Raya Bogor, yang pusat kantornya di Kalibata Mall Jakarta timur.

Dari trainer, junior marketing, senior hingga dia sampai supervisor dan koordinator perusahaan cabang di kota Pekalongan Jawa Tengah hingga akhirnya dia ditarik kembali kepusat Jakarta karena dia mengajukkan pindah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline