Lihat ke Halaman Asli

Gigi Anak Gaduh Ketika Tidur, Berbahayakah?

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gigi saya sering mengeluarkan suara gemeletuk, gemeratak ketika saya sedang tidur. Bunyi gemeratak itu bersumber dari gesekan antara permukaan gigi atas dan gigi bawah. Dalam bahasa Inggris itu disebut clenching teeth (gigi bergemeratak) atau grinding teeth (gigi bergesekan). Dalam ilmu kedokteran gigi, gejala itu disebut bruxism. Saya mengidap ini sejak masih kanak-kanak. Dalam bahasa sehari-hari, ini disebut ngerot.

Saya menulis ini karena anak laki-laki saya yang saat ini berusia 22 bulan, giginya suka gaduh kalau dia sedang tidur. Baik saya dan anak laki-laki saya, kalau sedang terjaga, tidak gemeratak giginya. Gejala apa ini? Berbahayakah bagi gigi dan bagi kelangsungan kesehatan pada umumnya?

Lalu saya tengok sumber-sumber terpercaya lewat google. Menurut beberapa sumber, secara fisik, pada anak-anak, bruxism timbul karena rasa tidak nyaman atau rasa sakit pada saat menderita flu, infeksi telinga, atau karena reaksi alergi terhadap sesuatu.

Pada orang dewasa penyebab utamanya lebih ada pada masalah psikis : kondisi emosi, seperti stress, kecemasan, kemarahan, frustrasi dan lain-lain. Mereka yang biasa bersikap agresif dan kompetitif lebih rentan kena bruxism. Bruxism juga dipicu oleh posisi tidur yang salah serta konsumsi obat-obatan dan alkohol.

Lalu apa apa penyebab terjadinya bruixism secara keseluruhan? Menurut berbagai sumber, penyebab bruxism biasanya faktor-faktor psikis yang kerap kali tak disadari oleh penderitanya. Penyebab bruxism pada anak-anak lebih sulit dipahami, dan pada banyak kasus, orang tua baru menyadari kebiasaan tersebut setelah anak menderita bruxism cukup lama.

[caption id="attachment_152571" align="aligncenter" width="400" caption="foto : www.medindia.net"][/caption] Setidaknya tercatat beberapa penyebab bruxism secara psikis pada anak, yakni lain takut tidur sendiri di dalam kamar, stress di sekolah, ayah-ibu yang tidak harmonis, kesepian di rumah, dan sebagainya.

Penyebab psikis pada orang dewasa biasanya dapat lebih mudah diketahui oleh penderita sendiri, karena menyangkut pengalaman hidup dan kesehariannya di rumah, di tempat kerja, masalah ekonomi, masalah perkawinan, dan sebagainya.

Apa akibat bruxism?

Sumber menyebutkan, dari hasil studi pada penderita bruxism, 95% mengalami kelainan pada sendi rahangnya dan 35% darinya mengalami kerusakan pada sendi rahang. Sayangnya, karena mungkion dianggap remeh dan biasa, hanya 20% penderita yang menyadari ketidaknormalan sendi rahangnya dan mulai mencari penyebabnya.

Bruxism juga mungkin menggoyahkan gigi, dan bahkan menyebabkan patahnya gigi palsu. Tambalan gigi juga dikabarkan bisa lepas karena gesekan gigi ini. Pada penderita bruxism kronis, gusi penderita bisa mengalami peradangan sampai berdarah, diiringi ngilu gigi terutama ketika mengunyah makanan panas, dingin, atau manis.

Untuk melihat apakah seseorang menderita bruxism, dibutuhkan bantuan orang terdekatnya, yaitu orang yang tidur bersamanya. Tidak banyak orang yang menyadari sendiri bila giginya menimbulkan suara gaduh saaat tidur. Selebihnya, bruxism bis menyebabkan kerusakan gigi dan sendi rahang karena pada waktu terjadi bruxism, tekanan kunyah pada gigi geligi amatlah besar, bisa mencapai lebih dari dua kali hingga enam kali dari tekanan kunyah normal. Permukaan gigi menjadi rata karena ausnya tonjol-tonjol gigi akibat gesekan yang kuat. Selain itu, tampilan gigi menjadi buruk, gigi menjadi sensitif karena terbukanya lapisan dentin gigi.

Tak sampai di situ, kerusakan juga terjadi pada jaringan penyangga gigi, seperti tulang tempat tumbuhnya gigi serta jaringan pengikat gigi pada tulang, karena hadiranya radang yang menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan yang parah. Kerusakan sendi menimbulkan nyeri dan kesulitan menggerakkan rahang plus sakit kepala, telinga dan leher, juga otot-otot wajah terutama terasa pada waktu bangun tidur.

Gawatnya pula, ketika terbangun setelah kena bruxism, penderita seolah-olah seperti sehabis mengunyah makanan keras dalam jumlah banyak. Kadang-kadang setelah menderita bruxism beberapa lama, daerah sendi rahang terasa sakit bila membuka mulut lebar-lebar dan menyebabkan rahang tak bisa dikatupkan dan dibuka dengan lancar.

Bisakah Bruxism Ditanggulangi?

Kata sumber, bruxism perlu ditangani secara terpadu, yang berfokus pada penanggulangan masalah gigi dan masalah psikologis. Soal gigi, perlu dilakukan perbaikan gigi dan jaringan penyangga agar kondisinya kembali normal. Untuk rahang, perlu perbaikan dan pencegahan agar rusakan tak makin parah. Biasanya pasien akan diberi mouthguard (alat yang bentuknya seperti sendok cetak rahang yang terbuat dari bahan seperti karet), dipasang pada rahang atas dan bawah pada waktu tidur untuk mengurangi tekanan pada waktu terjadi gesekan.

Perawatan tersebut disertai dengan terapi psikologis untuk mengatasi gangguan emosional yang menjadi masalah utama terjadinya bruxism. Bruxism pada anak-anak ditanggulangi dengan menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman sesegera mungkin, yang bisa membuat bruxism menyingkir dengan sendirinya, sebelum bruxism bikin perkara seperti diuraikan di atas.

Mungkin ini tidak mudah bagi anak saya yang berusia belum genap dua tahun. Tapi setidaknya, saya mulai bisa mendeteksi stress yang anak saya alami; sepeninggal baby-sitter (pulang kampung dan tidak balik), hampir setiap malam ia teriak-teriak panggil nama baby-sitter, dan sebelumnya giginya bergemeletuk gaduh, termasuk ketika tidur siang. Saya akan lebih meluangkan waktu bersama tole saya itu untuk menyamankan perasaannya dan membuatnya lebih dekat pada saya, dan menjadi sumber rasa aman dan nyaman baginya untuk mengurangi stress karena ditinggal sang baby-sitter.

Sumber-sumber :

http://www.artikelkita.web.id/2010/05/kenali-penyebab-serta-bahaya-gemeretak.html

http://www.pantirapih.or.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline