Lihat ke Halaman Asli

Penyair yang Penyihir

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


“Sebab siluman tak suka mendongeng. Sebab mereka memiliki suara yang aneh. Jika engau ingin tahu adakah sosok di hadapanmu suatu jelamaan, perhatikanlah suaranya.”

(Manjali dan Cakrabirawa, hal. 97)


Dan begitulah: aku temukan jawabannya. Engkau pasti sejenis siluman yang menyaru menjadi seorang penyair, yang entah dengan alasan apa mencoba membuat sang feminis bertekuk lutut. Bukankah tiap kali kita berkomunikasi tau tak banyak bercakap, ‘hanya’ melontarkan banyak tanya yang kemudian menyihirku untuk berbincang tentang segala yang ingin kau tahu dalam hidupku: masa laluku, berapa lelaki yang telah kutiduri, model bercinta bagaimana yang paling kusukai, seberapa panjang foreplay, berapa kali orgasme yang kuidamkan di setiap pergumulan, obrolan cerdas tentang apakah yang kusukai manakala ‘pertandingan’ telah usai: feminisme, bias jender, diskriminasi sosial, spiritualitas, relijiusitas nan semu, ekonomi, politik, ahh …


Dengan sihirmu aku menjawab semua tanyamu dengan riang gembira, lepas tanpa beban, tanpa merasa terinterogasi, bahkan hingga kadang kala aku merasa aku telah menjelma menjadi seorang exhibionist; di balik penampilan manisku aku adalah si bitchy yang liar, yang anggap ranjang sebagai ajang pertarungan: memperkosa atau diperkosa. Hanya ada dua probabilitas: taklukkan aku! Atau kutaklukkan engkau! Dan suara silumanmu yang aneh menambah sensasi  ganas dalam darahku: “aku harus menaklukkanmu!” hingga kau pun semakin terbakar nafsu untuk menekukku!


Kala hampir mencapai puncak yang kudaki dengan susah payah namun indah, buzz … kau menghilang! Bersamaan  dengan angin dingin yang melintas hanya sesaat. Aku terpelanting, jatuh ke dalam kerak bumi. SENDIRI.

Duhai penyair pujaan ribuan wanita: penyihirkah engkau?


P. S.:
1. Jika terjadi kemiripan kisah, maka itu adalah ketidaksengajaan yang indah. Tulisan ini murni terinspirasi dari “Manjali dan Cakrabirawa” karangan Ayu Utami.

2. Jika saya terdengar begitu meracau, maklum, sedang dalam masa PMS. (You guys will never understand unless you were born as female. LOL.)
--------- --------- ----------


Gombel Lama 09.10 200910




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline