Lihat ke Halaman Asli

Nanang Sunarya

Mengaji dan Membumikan Diri

Kelahiran, Kematian, dan Sapu Lidi dalam Pertunjukan Teater Smanda Jambi "Menunggu Guru"

Diperbarui: 11 Maret 2023   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kelahiran atau Kematian?

..............................................

Kenapa kita tidak mempersiapkan untuk sesuatu yang pasti datang?

.............................................

Setidaknya dua kalimat itulah  yang melekat dalam ruang batin saya ketika sore ini (Sabtu, 11 Maret 2023) menyaksikan pementasan Teater Smanda (SMA Negeri 2) Jambi dengan tajuk "Menunggu Guru" di Teater Arena Taman Budaya Jambi. Pertunjukan teater ini merupakan karya kreatif E.M. Yogisawara yang langsung disutradarai oleh dirinya sendiri. 

Kelahiran atau kematian?

Kelahiran dan kematian bukanlah sebuah pilihan. Kelahiran dan kematian menjadi sebab bagi keduanya. Kelahiran sesungguhnya akan mempersiapkan jalan  kita menuju sebuah kematian. Kematian sesungguhnya akan mempersiapkan jalan kita menuju "kelahiran" yang abadi. 

Kelahiran kita di dunia disambut dengan segala bentuk syukur. Air mata dan senyuman menjelma menjadi doa. Doa yang mengharapkan perjalanan hidup, kehidupan, dan berkehidupan yang baik dan membawa kemaslahatan bagi diri sang jabang bayi, kedua orang tuanya, agamanya, dan tentunya bangsa dan negaranya. 

Doa-doa itu pun  dirangkum dalam kenduri "Walimatul Tasmiyah dengan Walimatul Aqiqah" (pemberian nama dan pemotongan kambing sebagai bentuk rasa syukur) yang berlandaskan pada hadits nabi Muhammad SAW:  "Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya."  (HR. Bukhari) dan "Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya dan diberi nama." (HR. Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Ahmad). 

Kelahiran mengantarkan kita pada hidup, kehidupan, dan berkehidupan di dunia. Setiap kita menjalani "naskah kehidupan" yang telah disiapkan oleh Sang Maha Pencipta. Setiap kita memiliki naskah yang berbeda, baik itu dari alur, seting, durasi waktu, kedalaman cerita, dan ending. Yang sama dari naskah itu adalah endingnya. Setiap kita akan mengalami ending (akhir cerita: kematian) dengan caranya sendiri-sendiri. 

Dalam pertunjukan "Menunggu Guru",  Rahel, Brenda, Zahra, Muthia, Risky, Kayla, Andara, Saddam, Aldo, dan Teguh sangat menikmati permainan dari satu episode ke episode lainnya. Kelas sebagai "ruang kehidupan" para siswa menjadi menarik untuk diisi dengan berbagai aksi dan kreasi kekinian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline