Sugian, sebuah desa indah yang terletak di Lombok Timur, memiliki potensi alam yang tak terbatas. Di sini, laut yang biru dan subur memelihara kehidupan yang kaya dalam bentuk ikan. Namun, dengan potensi tersebut juga datang tantangan dalam mengelola limbah perikanan.
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di UGM telah lama menjadi wahana bagi mahasiswa untuk berkontribusi dalam pengembangan masyarakat. Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Poklahsar Keluarga Bahari mencoba merubah limbah hasil samping olahan perikanan menjadi sumber daya yang berharga melalui inovasi tepung tulang ikan.
Kelompok Pengolah Pemasar atau Poklahsar adalah kumpulan masyarakat pengolah dan/atau pemasar hasil perikanan yang melakukan kegiatan usaha bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan bersama dalam wadah kelompok.
Anggota Poklahsar Keluarga Bahari terdiri dari ibu-ibu masyarakat di sekitar kawasan pesisir Dusun Tekalok, Sugian, Sambelia, Lombok Timur. Produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok ini diantaranya adalah abon tuna, kerupuk amplang tengiri, bakso ikan tuna, rempeyek abon, rempeyek teri, dan kerupuk tuna. Pengolahan produk-produk tersebut hanya memanfaatkan bagian dagingnya saja sehingga menghasilkan limbah berupa tulang ikan yang hanya dibuang saja.
Salah satu inisiatif paling inovatif yang dihasilkan dari kolaborasi ini adalah pengolahan tulang ikan menjadi tepung tulang ikan yang nantinya dapat dikembangkan lagi menjadi produk olahan seperti bakso tepung tulang ikan, cookies tepung tulang ikan, dimsum tepung tulang ikan, dan masih banyak lagi. Awalnya, tulang ikan hasil produk dari Poklahsar yang hanya diabaikan dan dibuang sehingga menciptakan masalah pencemaran lingkungan. Namun, tim KKN UGM dan Poklahsar Keluarga Bahari melihat potensi yang belum tergali di balik limbah ini.
Tulang ikan, yang kaya akan kalsium dan mineral lainnya, dapat diolah menjadi tepung yang memiliki nilai gizi tinggi. Tepung tulang ikan ini kemudian dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti pakan ternak, pupuk organik, atau bahkan sebagai tambahan nutrisi dalam makanan manusia. Proses pengolahan melibatkan pembersihan, pengeringan, dan penggilingan tulang ikan, yang kemudian menghasilkan tepung yang siap digunakan.
Langkah ini memberikan manfaat ganda bagi masyarakat Sugian. Pertama, itu membantu mengatasi masalah limbah perikanan dan menjaga lingkungan yang lebih bersih. Kedua, inovasi ini membantu meningkatkan ekonomi lokal. Tepung tulang ikan dapat dijual sebagai produk bernilai tambah, meningkatkan pendapatan nelayan dan anggota Poklahsar Keluarga Bahari. Selain itu, mengurangi pembuangan limbah berarti mengurangi biaya pengelolaan limbah.
Kegiatan KKN UGM ini juga memiliki dampak jangka panjang yang penting. Masyarakat Sugian belajar cara mengelola limbah perikanan dengan lebih baik dan memanfaatkannya untuk keuntungan mereka sendiri. Ini adalah langkah pertama menuju keberlanjutan yang lebih besar dalam pengelolaan sumber daya alam.
Pengalaman ini juga menjadi contoh inspiratif tentang bagaimana kolaborasi antara akademisi dan komunitas lokal dapat menciptakan solusi inovatif untuk masalah lingkungan. Kolaborasi semacam ini adalah model yang dapat diikuti di tempat-tempat lain di seluruh Indonesia dan dunia.
Kegiatan KKN UGM bersama Poklahsar Keluarga Bahari di Sugian adalah contoh nyata bagaimana limbah perikanan, yang sering diabaikan, dapat diubah menjadi sumber daya berharga melalui inovasi. Ini adalah bukti bahwa dengan kerja keras, kolaborasi, dan semangat keberlanjutan, kita dapat mengubah masalah lingkungan menjadi peluang positif. Dan di balik semua ini, ada masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya menjaga alam dan lingkungan mereka, untuk sekarang dan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H