Lihat ke Halaman Asli

Nanang Nurdin

Mahasiswa S1

Menelusuri Integrasi, Bayani, Burhani, dan Irfani, Dalam Sains Arsitektur.

Diperbarui: 23 Desember 2024   01:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Nanang Nurdin : 24104090052

Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Jl. Laksda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Abstrak

Artikel ini mengkaji tentang bagaimana mengintegrasikan tiga pendekatan dalam sains arsitektur yaituh bayani, burhani, dan irfani untuk mewujudkan paradigma baru yang lebih holistik dalam praktik arsitektur kontemporer. Pendekatan bayani berfokus pada teks dan otoritas sebagai sumber kebenaran, memberikan panduan normatif dalam merancang ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya dan etika masyarakat. Dalam hal ini, prinsip-prinsip klasik dan ajaran yang telah teruji menjadi landasan penting bagi desain arsitektur. Pendekatan burhani, disis lain, mengedepankan logika dan rasionalitas dalam merancang serta menganalisis bangunan. Dengan mengutamakan data dan metode ilmiah, pendekatan ini memastikan bahwa desain arsitektur tidak hanya efesien dan aman, tetapi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Arsitek dituntut untuk memperhatikan aspek teknis dan fungsional bangunan, sekaligus dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya. Sedangkan pendektan irfani menambahkan dimensi pengalamn spiritual dan estetika, yang memeperkaya makna ruang arsitektural. Pendekatan ini mengajak para arsitek untuk memikirkan bagaimana ruang dapat menciptakan suasana yang mendalam dan mendukung pengalaman batin penghuninya. Estetika dalam desain bukan hanya untuk menarik perhatian visual, tetapi juga untuk menciptakan kedamaian dan refleksi spiritual. Melalui penggabungan ketiga pendekatan ini bayani, burani, dan irfani aritkel ini ingin menunjukan bagamana pemahaman lebih menyeluruh dapat diterapkan dalam praktik arsitektur. Integrasi ini tidak hanya memperkaya teori dan praktik arsitektur, tetapi juga menghasilkan ruang yang lebih bermakna, relevan dengan nilai budaya, dan mampu menmpung dimensi spiritual masyarakat. Dengan demikin, arsitektur tidak hanya berfungsi tempat tinggal atau ruang publik, tetapi juga menjadi sarana yang menghubungkan pengalaman spritual dan sosial manusia secara lebih mendalam. Artikel ini memberi kontibusi pada perkembangan arsitektur yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan manusia secara universal.   

Kata kunci ; integrasi, bayani, burhani, irfani, arsitektur

PENDAHULUAN

Dalam konteks pendidkan arsitektur, sering kali dinggap terpisah antara pendekatan ilmiah dan nilai-nilai spiritual, padalah keduanya memiliki peran yang urgen dalam pembentukan pengetahuan yang lebih mendalam dan universal. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan untuk mengintegrasi kedua aspek ini semakin mendesak, khsusunya dalam menciptakan karya arsitektur yang tidak hanya berfungsi secara teknis, melainkan juga memberi dampak positif pada jiwa dan spritualitas penghuninya. Artikel ini bertujuan untuk membahas integrasi tiga pendektan epistemologi bayani, burhani, dan irfani, dan masing masing memiliki karakterisitik dan peran yang berbeda tapi saling melengkpai dalam penegembangan ilmu pengetahuan, termasuk juga dalam displin ilmu sains arsitektur. Epistemologi bayanai lebih menekankan kepada pemahahaman melalui teks-teks suci (al-qur’an) ini memeberikan perspektif mendalam mengenai makna dan nilai-nilai spiritual yang terkand ung dalam ruang dan bentuk arsitektur. Disisi lain, burhani mengedepankan pendekatan rasional dan empiris, yang lebih berfokus pada observasi, eksperimen dan bukti bukti konkrit yang di uji. Sedangkan epistemologi irfani lebih mengajarkan memahami secara mendalam dari dimensi pengalaman spiritual dan intuisi yang kerap tidak dapat dijelaskan sacara rasional akan tetapi sangant berpegaruh dalam memberikan makna yang lebih mendalam terhadap karya asrsitektur yang lebih humaisme. Tujuan utama daripada penulisan artikel ini untuk mengeksplorasi bagaimana ketiga epistemologi bisa saling melengkapi dan memperkaya khazanah pengetahuan dalam bidang sains arsitektur, mewujudkan pendekatan yang lebih kompherensif dan menguhubungkan antara ilmu pengetahuan, pengalaman, dan nialai spiritualitas. Penelitian ini relevan sebab kajian-kajian sebelumnya telah menunjkan integrasi epistemologi bayani, burhani dan irfani. Dari berbagai displin ilmu dapat mebeikan hasil yang signfikan, membuka peluang dalam untuk memadukan rasionalitas dan spirirtualitas dalam pencapaian pengetahuan yang lebih utuh. Tinjauan tori yang mendasari yang mendasari penelitian ini menekakankan pentingnya interaksi antara rasionalitas, pengalalaman dan teks sebagai tiga sumber pengetahuan yang saling berinteraksi, yang dapat menghasilkan pemahaman yang lebih terbuka atau luas dan lebh holistik terhadapa fenomena yang ada, termasuk dalam dunia arsitektur. Dengan pendekatan yang lebih komphersif ini, diharapkan kit dapat mencapai pemahaman yang bukan hny sekedar teknis, tetpi juga mengandung nilai spiritual yang lebih mendalam.

Metode penelitian 

 Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode yaituh analisis literatur, yang bertujuan untuk menggali dan memahamai konsep-konsep utama dalam integrasi bayani, burhani, dan irfani dengan ilmu sains arsitektur melalui kajian berbagai sumber tertulis, sperti artikel, buku, jurnal dan piblikasi akademis lainnya. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengindentifikasi dan menganalisis berbagi teori serta perspektif yang telah ada serta mengkaji kontribusi pemikiran dari masing-masing pendekatan-bayani yang menekankan pada analisis teks secara tekstual, burhani yang brfokus pada logika dan rasio dalam memahami fenomena arsitektur, dan irfani yang berfokus pada penglaman spiritual dan intuisi. Dengan mengumpulkan dan menganalalisis literatur yang relevan, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi kemungkinan integrasi antara ketiga pendekatan tersebut, guna memberikan pemahaman yang lebih kompherensif tentang hubungan antara ilmu pengetahuan, agama, dan pengalaman spiritual dalam konteks kontemporer. 

PEMBAHASAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline