Sebelum dan setelah SDA dijadikan tersangka, dari dulu saya bersuara keras lewat media perlunya Kementrian Agama bertanggung jawab terhadap kegagalan pendidikan moral dan agama para sahabat TKI, sebagai warna negara terhormat dengan julukan para pahlwan devisa kita.
Karena kita hanya sibuk menyalahkan BNP2TKI & Kementrian Tenaga Kerja saja, kita lupa dan luput perhatian, Kementrian lain seperti Kementrian Agama, yang harusnya sebagai pondasi dan tiang dari pendidikan moral dan agama, telah gagal membikin pondasi dan tiang yang kuat, sebelum TKI berangkat ke luar negeri.
Kenapa Kementrian Agama harus melepaskan Umroh & Haji karna banyak pekerjaan rumah didalam negeri dan luar negeri selain hanya mengurusi Umroh & Haji. Contohnya mengurusi pendidikan moral dan agama para TKI yang jumlahnya 4 juta lebih sekarang masih di luar negeri dan mantan TKI yang jumlahnya jutaan di Indonesia.
Tidak cukup pendidikan BLK di pelatihan selama 3-4 bulan untuk melatih bahasa dan memasak, apalagi untuk melatih pendidikan moral dan agama, yang memprihatinkan lagi, departemen agama tidak pernah terlibat dan tutup mata dengan nasib para TKI kita, harusnya tanpa disuruh dan diminta, kementrian agama terlibat terhadap pendidikan moral dan agama selama TKI di BLK.
Saya rasa kementrian agama turut bersalah dan turut gagal dalam pendidikan moral dan agam TKI, membuat mereka para TKI kita banyak main kasino di Macau, banyak di diskotik di Wanchai Hongkong, dan banyak yang jadi pelaku atau korban kasus penyelundupan narkoba di dalam dan luar negeri.
Saya lihat dengan mata kepala sendiri, Dulu saya pernah jadi sopir ilegal di Hongkong, setiap bulan saya perpanjang visa di Macau dengan naik ferry 1 jam, dan hanya beberapa jam atau setengah hari di Macau, masuk ke Hongkong lagi dapat visa 30 hari lagi.
Selama masa nunggu visa, saya sering di jalan dipesisir laut dan danau di samping pelaburan penyeberangan Macau & Hongkong.
Saya melihat banyak tkw tengah malam, bahkan dini hari sampai subuh lontang lantung di pinggir danau dan katanya baru kalah main judi di kasino di Macau. Saya penasaran jalan kaki dari danau dan masuk ke Kasino yang jaraknya berdekatan dengan pelabuhan Feri dan Danau tsb.
Saya kaget dan heran, ternyata banyak TKI kita yang sedang asik main judi dari permainan sederhana pencet mesin dingdong dengan uang koin sampai main pakai dadu "Big & Small" dan kartu "Banker & Player" dengan taruhan minimal 500 ribu lebih sampai jutaan. Miris juga dengan kebebasan di Macau yang tkw nya bisa tinggal di luar (stay out) tidak harus tinggal dirumah majikan malamnya, tapi tidak dimanfaatkan untuk istirahat tapi untuk gambling mengadu nasib dengan berjudi Kasino.
Hampir sepuluh tahun lebih saya pulang ke Indonesia dan menjalankan bisnis sebagai pengusaha dan karena panggilan jiwa berjuang sebagai aktivis TKI, Buruh & TKI, saya kemarin maju sebagai caleg DPRI karna saya menyadari setelah hampir 10 tahun membantu TKI dengan nekad dari nol membuka PJTKI yang kekeluargaan dan bahkan bikin agensi di luar negeri untuk melawan mafia TKI di luar negeri, ternyata berjuang diluar pagar sebagi pebisnis saja dan aktivis saja tidak cukup, banyak tantangan dan hambatan dan tembok besar yang tidak bisa kita lewati yang kadang mafia TKI ada di dalam tubuh birokrasi atau oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan para sahabat pahlawan devisa kita.
Tuhan mentakdirkan lain, saya kalah caleg DPRRI karna saya bukan politikus dan saya kalah dengan politik uang wani piro serangan fajar.