Lihat ke Halaman Asli

Cerbung: Nanang Anna Noor

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Catatatan: Mohon maaf karena banyaknya kritik dan umpatan serta caci maki atas cerpen saya disebuah media online. Episode 3 sempat tertunda. Mohon dimaafkan. Salam kreatif

Merobek Kabut (3)

SEMESTINYA Dandi tahu, betapa selama ini Dinda menyimpan perasaan yang tak bisa luntur. 15 tahun lalu mereka memang sangat dekat.  Siapapun tahu mereka adalah saudara, pantas jika sering terlihat bersama. Tetapi sejalan waktu, ruang ruang rasa yang kosong itu terisi, berubah menjadi rasa sayang, rindu dan berbuah cinta.

Namun cinta Dinda dan Dandi kandas ditengah jalan.
“ Waktu aku meminta kau mencari yang lain. Itu kata kata yang sangat berat kuucapkan. Orang tuaku benar benar melarang kita. Kita boleh sebatas dekat, tapi tak boleh meneruskan ke sesuatu yang lebih serius, karena kita saudara dekat” Dinda menceritakan kisahnya.

Dinda sempat mendengar mitos tentang perkawinan antar saudara yang bisa menimbulkan petaka. Anak anak yang dilahirkan dari perkawinan saudara bisa cacat bahkan meninggal dunia. Kepercayaan akan mitos itu sangat lekat di keluarga Dinda. Ancaman ancaman akan munculnya melapataka jika dilanggar, membuat Dinda makin ketakutan. Dinda merasa tak berdaya, saat kedua orang tuanya meminta untuk menghentikan hubungan asmara dengan Dinda.

“ Sungguh aku tak tahu. Sama sekali tak tahu jika itu penyebab kandasnya cinta kita. Aku juga tak menduga, jika ternyata kau tetap menyimpan cinta untukku,” ujar Dandi.

Sms malam itu seperti sebuah pertemuan kembali dua pasang kekasih yang telah terpisah belasan tahun. Dua manusia yang kini telah memiliki keluarga.

“ Dinda ,apakah ini yang namanya perselingkuhan?”
“ Ndak tahulah mas, yang jelas aku merasa telah mengkhianati suamiku,”
“Kita benar benar telah menemukan cinta kita kembali. Kuharap kau tak akan membiarkan pergi lagi,” Dandi meyakinkan wanita yang dicintainya itu.

Sejak itu seperti banjir bandang, sms dan telepon tak berhenti, menyanyikan rasa rindu dan kedahsayatan sebuah kembalinya cinta mereka. Cinta dan rindu masih sebatas sms dan telepon? Tidak juga.

SETAHUN  lalu itulah dua manusia yang lama terpisahkan itu bertemu. Gumpalan rindu dan kangen. Sekumpulan nyanyian hati, segerombolan kagemasan, dan cinta yang tertunda tumpah ,

Dandi memeluk erat tubuh Dinda. Sepertinya tak ingin terlepas.
“Aku tak mau melepasmu lagi Dinda,” Dandi mengusap pipi wanita yang pernah membuatnya gila.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline