Semua akan mumet (pusing) pada waktunya merupakan sebuah istilah yang sering penulis dengar akhir-akhir ini. Istilah ini muncul akibat pikiran yang stress dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa (read : skripsi). Bagaimana tidak mumet, di kala hampir kebanyakan teman sudah lulus namun skripsi belum selesai juga. Belum lagi acc dari dosen pembimbing yang tidak mudah. Ada pula yang dari dulu belum juga ujian proposal. Entah masalah apa yang sebenarnya di alami. Semoga hal ini cepat berakhir bagi yang sedang mengalaminya.
Mengamati fenomena yang terjadi, bahwa setiap manusia pasti akan mengalami sebuah ujian dalam dirinya. Ujian yang di alami kerap kali membuat sebagian orang mengalami kegalauan dalam hidupnya. Kegalauan yang mungkin bisa membuat seseorang tidak dapat tidur,.hehehe Layaknya sebuah ujian siapa yang dapat melewatinya akan naik kelas. Siapa yang belum dapat melewatinya, harus lebih banyak belajar lagi. Ujian layaknya sebuah durian yang kulitnya penuh duri namun dalamnya manis. Setiap ujian yang mampu kita lewati akan memberikan kebanggaan tersendiri.
Penulis pun berusaha memahami mengapa adanya ujian di dalam hidup ini. Mencoba melihat dari sisi positif mengapa ujian itu ada. Meskipun ujian itu cukup membuat cengar cengir sendiri. Penulis pun berusaha memahami mengapa ada orang yang tetap tegar ketika menghadapi ujian dan ada pula yang lemas tak berdaya, dan sebagainya. Menurut penulis, mereka yang tegar menghadapi ujian yang di alaminya memiliki pandangan bahwa ujian yang di alami saat ini tidak seberapa bila di bandingkan masih lamanya hari yang akan di jalani pada masa yang akan datang. Maksudnya tidak apa menghadapi sakit yang sementara demi kebaikan masa depan. Namun orang yang mengeluh saat ujian, penulis berpandangan bahwa mereka dalam menghadapi ujian berpikiran bahwa hidup hanya untuk saat itu saja. Jadi ketika menghadapi ujian dan sulit untuk menyelesaikannya bahkan berfikir sudah gagal maka berakhirlah hidup mereka saat itu. Akibatnya semakin dalam kegalauan yang mereka rasakan.
Pendapat penulis pun bisa saja salah. Karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi orang-orang dalam menghadapi uian yang di alami. Penulis pun meyakini bahwa setiap ujian yang datang adalah cara Tuhan meningkatkan kualitas tiap hamba-Nya. Meskipun ujian tidak selamanya mudah ada baiknya selalu berfikiran positif dalam menghadapinya. Berfikiran positif akan membuat seseorang fokus terhadap sebuah solusi dan tentu saja hal ini baik untuk kesehatan jiwa. Berfikiran negatif, seringnya mengeluh tidak lantas membuat suatu ujian atau masalah menjadi berakhir. Malah hal ini akan membuat pikiran menjadi terkotori oleh hal-hal yang buruk. Tak jarang orang yang menjadi gila akibat tidak dapat berpikir jernih menghadapi persoalan yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H